Sekalipun peperangan ini tidak berjalan lama dan tidak  berlarut-Iarut dilihat dari pertimbangan militer, tapi di sini terjadi beberapa peristiwa yang sempat mengguncang dan meresahkan masyarakat Islam, karena ulah orang- orang munafik, tapi justru memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat Islam, keteguhan, kemuliaan dan kebersihan jiwa. sekaligus mendatangkan beberapa ketetapan syariat. Kita mulai dengan uraian tentang peperangan, lalu disusul dengan beberapa peristiwa tersebut.

Peperanga ini terjadi pada bulan Sya'ban 6 H menurut pendapat yang Iebih benar Latar belakang peperangan ini, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat informasi bahwa pemimpin Bani AI-Mushthaliq, AIHarits bin  Abu  Dhirar menghimpun kaumnya untuk memerangi kaum Muslimin Maka beliau mengutus Buraidah bin AI-Hushaib AI-Aslamy untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Buraidah pergi dan langsung menemui AI-Harits bin Abu Dhirar, mengorek keterangan darinya Setelah yakin dengan keterangannya, Buraidah kembali dan menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam serta menyampaikan kabar yang diterimanya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam serta menyampaikan kabar yang diterimanya.

Setelah yakin dengan akurasi informasi ini, beliau menghimpun para shahabat dan cepat-cepat berangkat, tepatnya dua hari  sebelum  habisnya  bulan Sya'ban. Sementara ada segolongan orang-orang munafik yang juga ikut bergabung bersama beliau Mereka tidak Pernah bergabung dalam peperangan sebelumnya. Urusan Madinah diserahkan kepada Zaid bin Haritsah. Namun menurut pendapat lain adalah Abu Dzarr, ada pula yang berpendapat Numailah bin Abdullah AI-Laitsy AI-Harits bin Abu Dhirar juga mengirim mata-mata untuk mendeteksi gerakan pasukan Muslimin Namun mata-mata itu tertangkap orang-orang Muslim lalu dibunuh.

Saat AI-Harits bin Abu Dhirar dan kaumnya mendengar keberangkatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan terbunuhnya mata-matanya,  maka dia dicekam ketakutan yang mendalam. Beberapa kabilah Arab yang  sebelumnya ikut bergabung bersama AI-Harits, akhirnya melepaskan diri. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Muraisi' sebuah mata air milik mereka di Qudaid. Orang -orang Muslim bersiap-siap untuk berperang Beliau membariskan mereka Bendera Muhajirin diserahkan kepada Abu Bakar dan bendera Anshar diserahkan kepada Sa'd bin Ubadah.

       Tidak seberapa lama mereka saling melepaskan anak panah. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk  melancarkan sekali serangan secara serentak. Ternyata cara ini sangat efektif, sehingga pasukan Muslimin dapat menundukkan pasukan orang-orang musyrik. Cukup banyak pasukan musuh yang terbunuh, para Wanita dan anak-anak ditawan, binatang ternak dirampas. Sementara korban di pihak pasukan Muslimin hanya satu orang saja. Korban ini dibunuh orang dari Anshar, karena dikiranya termasuk pasukan musyrikin.

       Begitulah        yang dikatakan para penulis peperangan Tapi menurut Ibnul-Qayyim. ini hanya dugaan semata Tidak ada pertempuran di antara mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya mengepung hingga mereka menyerah lalu para wanita dan anak-anak ditawan Di antara tawanan itu ada Juwairiyah binti AI-Harits, pemimpin mereka.

Dalam pembagian harta rampasan dan tawanan, Juwairiyah menjadi bagian Tsabit bin Qais Tsabit ingin melepasnya dengan uang  tebusan  Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menebusnya lalu menikahinya. Karena perkawinan ini, orang-orang Muslim membebaskan seratus orang dari keluarga Bani Musthaliq yang telah masuk Islam. Orang-orang Muslim berkata, "Mereka adalah besan Rasulullah Shailallahu Alaihi wa Sallam."

Adapun beberapa peristiwa lain yang muncul dalam peperangan ini ialah karena ulah pemimpin munafiqin, Abdullah bin Ubay bin Salul dan rekan- rekannya Ada baiknya jika kita paparkan perilaku  mereka  di  tengah  masyarakat Islam.

Peranan Orang-orang Munafik Sebelum Perang Bani Musthaliq


Sudah sering kami paparkan bahwa Abdullah bin Ubay sangat mendendam terhadap Islam dan orang-orang Muslim, terlebih lagi terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Sebab Aus dan Khazraj sudah sepakat untuk mengangkatnya sebagai pemimpin bagi mereka. Bahkan mereka sudah membuatkan mahkota bagi dirinya. Maka dia melihat  beliau  sebagai  orang  yang telah merampas kekuasaan yang sudah di tangan.
Dia sudah menampakkan dendamnya sejak permulaan hijrah, sebelum Islam benar-benar eksis di Madinah atau sesudahnya, Suatu kali tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunggang himar untuk menjenguk Sa'd bin Ubadah, beliau melewati kerumunan orang yang di situ juga ada Abdullah bin Ubay, yang sedang menutup lubang hidungnya sambil berkata. "Janganlah kalian mengepul-ngepulkan debu yang mengenai kami. "
Dia berkata seperti itu untuk menyindir beliau agar turun dari himarya maka beliau turun dan ikut bergabung bersama mereka dan membacakan Al- Qur'an Namun Abdullah bin Ubay berkata, "Duduk saja  di  rumahmu  dan  jangan mengganggu majlis kami.
ini terjadi sebelum dia pura-pura masuk Islam Sekalipun sudah menyatakan masuk Islam setelah perang Badr, tetap saja dia menjadi musuh Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin. Dia tidak berpikir selain bagaimana caranya untuk memecah belah masyarakat Islam dan menggerogoti kalimat Islam Dia membantu musuh, ikut campur dalam urusan Bani Qainuqa' , berkhianat, memecah belah pasukan Muslimin pada waktu perang Uhud, menyusupkan keresahan dan keguncangan di barisan mereka. seperti yang sudah dipaparkan di bagian terdahulu.

Di antara gambaran kelicikan, kejahatan, tipu daya dan makar yang dilakukan tokoh munafik ini terhadap orang-orang Mukmin, setelah  dia  pura- pura masuk Islam, setiap Jum'at dia berkata menjelang Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam berkhutbah, "Inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di tengah kalian, orang yang telah dimuliakan Allah dan diagungkan-Nya. Maka tolonglah, dukunglah, dengarkan dan patuhilah dia Setelah dia duduk,  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri dan berkhutbah.
Setelah perang Uhud dan setelah dia berkhianat serta berbuat makar dalam peperangan itu, seperti biasanya dia bangkit dari duduknya dan mengulang lagi perkataannya sebelum Jum'at. Orang-orang Muslim di se- bragnya menarik-narik bajunya sambil berkata, "Duduklah wahai musuh Allah, Engkau tidak pantas berbuat seperti itu, Engkau telah  berbuat  seperti yang biasa engkau perbuat.

Lalu dia keluar sambil melangkahi pundak orang-orang sambil berkata, "Demi Allah, seakan-akan aku telah mengucapkan perkataan yang jahat  dan  aku harus pergi karena telah mempersulit urusannya. "

Di ambang pintu dia dihadang seorang Anshar Katanya, "Celaka kamu. Kembalilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  akan  memintakan  ampunan bagi dosa-dosamu. "
Abdullah bin Ubay berkata, "Demi Allah, aku tidak perlu  dia.  memohonkan ampunan bagi dosa-dosaku."
Dia juga menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi Bani Nadhir, berkonspirasi dengan mereka untuk menyerang orang-orang  Muslim.  Bahkan dia berani berkata kepada mereka, "Andaikan kalian keluar, kami pasti  ikut  keluar bersama kalian. Andaikan kalian diserang. kami pasti akan membantu kalian. "

Begitu pula yang dia lakukan bersama rekan-rekannya pada  waktu  perang Ahzab,yaitu dengan menciptakan keresahan dan kericuhan, mem- bangkitkan keta!rutan dan kekhawatiran di hati orang-orang Mukmin. seperti  yang dikisahkan Allah di dalam surat   AI- Ahzab : 12-20

وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلا غُرُورًا (12) وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلا فِرَارًا (13)
وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لآتَوْهَا وَمَا تَلَبَّثُوا بِهَا إِلا يَسِيرًا (14) وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللَّهَ مِنْ قَبْلُ لَا يُوَلُّونَ الأدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللَّهِ مَسْئُولا (15) قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلا قَلِيلا (16) قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (17)
قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنْكُمْ وَالْقَائِلِينَ لإخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلا قَلِيلا (18) أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (19)
يَحْسَبُونَ الأحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِنْ يَأْتِ الأحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الأعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُمْ مَا قَاتَلُوا إِلا قَلِيلا (20)
12. dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya".
13. dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata: "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, Maka Kembalilah kamu". dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata : "Sesungguhnya rumah-rumah Kami terbuka (tidak ada penjaga)". dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari.
14. kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan bertangguh untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat.
15. dan Sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)". dan adalah Perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya.
16. Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja".
17. Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.
18. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami". dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.
19. mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu Lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. mereka itu tidak beriman, Maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. dan Sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.

Namun akhirnya semua musuh Islam dari kalangan Yahudi, munafik dan musyrik menyadari sepenuhnya bahwa latar belakang kemenangan  Islam  bukan karena keunggulan materiel, banyaknya perangkat perang dan senjata serta jumlah personil. Tapi latar belakang kemenangan  itu  ialah  nilai,  akhlak dan idea yang dimiliki masyarakat Islam. Mereka juga tahu bahwa sumber air  bah ini adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. sosok ideal yang sangat mengagumkan dari nilai-nilai ini.
Semenjak genderang perang ditabuh selama lima tahun, upaya mem- bungkam agama ini dan para pemeluknya tak mungkin bisa dilakukan dengan menggunakan kekuatan senjata. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk membangkitkan peperangan secara terbuka terhadap agama ini lewat jalur  akhlak dan tradisi kehidupan sehari-hari. Sasaran pertama untuk memuluskan tujuan ini ialah menyerang pribadi Rasulullah ShaIlallahu Alaihi wa Sallam. Karena orang-orang munafik merupakan duri di  barisan  orang-orang  Muslim dan mereka juga termasuk penduduk Madinah, maka tidak sulit bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan orang-orang Muslim dan mengusik perasaan mereka kapan pun yang mereka kehendaki, di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay.
Rencana mereka yang jahat ini tampak jelas seusai perang Ahzab, saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  menikahi  Ummul-Mukminin,  Zainab  binti Jahsy, setelah dia diceraikan Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau.  Di antara tradisi yang berlaku di kalangan bangsa Arab, anak angkat itu sama kedudukannya dengan anak kandung. Mereka meyakini kehormatan istri anak angkat di mata bapak angkatnya. Maka tatkala Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahi Zainab, orang-orang munafik mendapatkan dua celah yang memungkinkan bagi mereka untuk melancarkan serangan terhadap beliau:

1.    Zainab adalah istri beliau yang kelima. Padahal Al-Qur'an tidak mengizinkan laki-laki menikahi lebih dari empat wanita Lalu bagaimana mungkin perkawinan ini dianggap sah?
2.    Zainab adalah (mantan) istri anak angkatnya Maka tindakan beliau yang menikahi Zainab termasuk dosa besar menurut tradisi bangsa Arab. Orang- orang munafik itu pun membesar-besarkan masalah ini dan mengarang- ngarang cerita Mereka berkata, "Muhammad melihat Zainab pada  pandangan pertama dan langsung jatuh cinta dan hatinya tertambat kepadanya Isi hatinya ini dia sampaikan kepada Zaid, sehingga Zaid melepaskan Zainab agar bisa dikawin Muhammad. "
Cerita-cerita yang mereka karang ini masih ada jejaknya, tertulis daIam beberapa buku tafsir dan hadits hingga saat ini. Tentu saja bualan mereka ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap orang-orang yang berhati lemah, sehingga turun ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan  masalah  ini  secara gamblang, sehingga bisa mengobati hati. Untuk memberitahukan bualan mereka ini, Allah memulai surat Al-Ahzab dengan firmanya
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
1. Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
       
lni gambaran sepintas tentang perilaku orang-orang munafik sebelum perang Bani Musthaliq. Sementara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghadapi semua itu dengan sabar dan lemah lembut. Padahal orang-orang Muslim secara umum sudah geregetan terhadap  kejahatan  orang-orang  munafik itu dan menahan-nahan kesabaran Sebab mereka sudah tahu persis kelicikan munafikin itu dari waktu ke lain waktu, sebagaimana firman-Nya,
126. dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali Setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?

Peranan Orang-orang Munafik dalam Perang Bani Musthaliq

Saat perang Bani Musthaliq, orang-orang munafik juga ikut bergabung Dalam pasukan Muslimin. Mereka telah digambarkan dalam firman Allah,
لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا وَلأوْضَعُوا خِلالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

"Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah  berisan  kalian,  untuk mengadakan kekacauan di antara kalian. " (At-Taubah: 47).

Mereka tampak bersaing, tetapi persaingan dalam kejahatan dengan menimbulkan keguncangan dan keresahan di barisan orang-orang Muslim dan mengeluarkan bualan yang buruk tentang diri  Nabi  Shallallahu  Alaihi  wa Sallam. Inilah di antara gambarannya secara ringkas:

1.    Mereka berkata, "Jika kita kembali ke Madinah, maka penduduknya yang  mulia benar-benar akan mengusir penduduknya yang hina ".

Seusai perang, Rasulullah Shallallahu Alaihi  wa Sallam masih menetap  di Muraisi' Banyak orang yang mengambil air dari mata air ditempat itu Dalam peperangan itu Umar bin Al-Khaththab membawa seorang upahan yang bernama Jahjah Al-Ghifary Saat di mata  air  Jahjah  bersenggolan  dengan Sinan bin Wabar Al-Juhanny, lalu keduanya saling adu mulut. Sinan berteriak, "Wahai orang-orang Anshar...!"
Jahjah juga tidak mau kalah. Dia berteriak, "Wahai orang-orang Muhajirin
... ! "
Kejadian ini didengar Abdullah bin Ubay dia yang bersama beberapa
orang dari kaumnya, termasuk Zaid bin Arqam yang saat itu  masih  kecil,  merasa marah Abdullah bin Ubay berkata, "Apakah mereka berani berbuat seperti itu? Mereka telah menyaingi dan mengalahkan kita, justru di negeri kita. Demi Allah, kita dan mereka tak ubahnya kata pepatah. 'Gemukkan anjingmu, niscaya ia akan menggigitmu'. Demi Allah jika kita kembali ke Madinah, maka penduduknya  yang mulia benar-benar akan  mengusir  penduduknya  yang hina. "

Kemudian dia berpaling ke arah golongannya sembari berkata. "Inilah yang telah kalian lakukan terhadap diri kalian sendiri. Kalian halalkan negeri kalian bagi mereka, kalian bagi harta benda kalian dengan mereka. Demi Allah, andaikata kalian tidak memberikan harta kalian, tentu mereka akan berpindah ke tempat lain. "

Zaid bin Arqam mengabarkan apa yang dikatakan Abdullah bin Ubay ini kepada pamannya, lalu pamannya mengabarkan  kepada  Nabi  Shallallahu  Alaihi wa Sallam. Umar bin AI-Khaththab yang ada di sisi beliau berkata, "Suruhlah Abbad bin Bisyr, agar dia membunuhnya."

Beliau bertanya, "Bagaimana wahai Umar jika manusia membicarakan bahwa Muhammad telah membunuh rekan-rekannya? Tidak. Tapi suruhlah pasukan untuk berangkat. "

Sekalipun saat itu bukan waktu yang tepat untuk memberangkatkan pasukan tapi mereka tetap akan berangkat. Usaid bin Hudhair menemui beliau dan mengucapkan salam, lalu berkata, "Tidak biasanya engkau berangkat pada saat seperti ini. "

   Apakah engkau belum mendengar apa yang dikatakan rekanmu?" tanya beliau Yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Ubay
.
Apa  yang dikatakannya?" Usaid  ganti bertanya.
Beliau menjawab, "Dia beranggapan bahwa jika dia kembali ke Madinah. maka penduduknya yang mulia benar-benar akan mengusir penduduknya yang hina. "

"Engkau wahai Rasulullah, bisa mengusirnya menurut kehendak engkau Demi Allah, memang dia adalah orang yang hina dan  engkau  adalah  orang yang mulia." Kemudian dia berkata lagi, "wahai Rasulullah, bersikaplah yang lemah lembut terhadap dirinya. Demi Allah, Allah telah mendatangi kira dengan keberadaan engkau Sesungguhnya kaumnya telah membuat mahkota untuk disematkan di kepalanya. Karena itu dia melihat engkau telah merampas kerajaannya."

Kemudian beliau berangkat bersama pasukan pada  saat  itu  pula seharian penuh, lalu diteruskan pada malam harinya hingga pagi hari. Seharian mereka dipanggang terik matahari. Saat berhenti untuk singgah, mereka langsung tertidur pulas setelah badan menyentuh tanah Beliau berbuat seperti  itu dengan tujuan untuk mengalihkan mereka dari  kejadian  sebelumnya  dan agar mereka tidak membicarakannya.

Setelah mendengar bahwa Zaid bin Arqam menyampaikan apa yang dikatakannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abdullah bin   "ubay langsung menemui beliau dan bersumpah demi Allah bahwa dia tidak mengatakan seperti yang dikatakan Zaid. Orang-orang Anshar yang ada di situ berkata, "Wahai Rasulullah, "Boleh jadi anak itu menduga-duga  tentang  apa yang dikatakan Abdullah bin Ubay. " ( maksutnya Zaid salah Tafsir )

Namun beliau tetap percaya apa yang disampaikan  Zaid.  Sementara  Zaid bin Arqam berkata sendiri, "Aku jadi menduga-duga sendiri Padahal  tidak Pernah kualami yang seperti ini. Aku hanya bisa  duduk-duduk  di rumahku."

Lalu Allah menurunkan surat AI-Munafiqun: 1-8. Setelah itu beliau tnendatangiku dan membacakan ayat-ayat tersebut, lalu  bersabda sesungguhnya Allah telah membenarkanmu. 

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (1) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (2) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ (3) وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (4)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ (5) سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (6) هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ (7) يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الأعَزُّ مِنْهَا الأذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (8)   

1. apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
2. mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai  lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
3. yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
4. dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar  mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
5. dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu Lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.
6. sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
7. mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)." Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
8. mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah , benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Sedangkan anak pemimpin munafik ini, yaitu Abdullah bin Abdullah bin Ubay adalah seorang shahabat yang shalih dan pilihan. Dia ingin berlepas diri dari ayahnya Untuk itu dia berdiri di pintu gerbang Madinah sambil menghunus pedangnya. Setelah ayahnya, Abdullah bin Ubay muncul di dekatnya,  dia berkata, "Demi Allah, engkau tidak boleh masuk sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengizinkanmu, karena beliaulah orang yang mulia dan engkaulah orang yang hina."

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di pintu gerbang itu, beliau mengizinkan dan memperbolehkannya. Sebelum itu Abdullah  bin  Abdullah bin Ubay berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah. jika engkau ingin membunuhnya, maka suruhlah aku untuk melaksanakannya Demi Allah, aku akan membawa kepalanya ke hadapan engkau."