Syaikh Mubarokfury Mengatakan : Meskipun dakwah pada tahapan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat individu, namun perihal beritanya sampai juga ke telinga kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum mempermasalahkannya karena Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam tidak pernah menyinggung agama mereka ataupun tuhan-tuhan mereka.
Tiga tahunpun berlalu sementara dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi dan individu; dalam tempo waktu ini terbentuklah suatu jamaah Mukminin yang dibangun atas pondasi ukhuwwah (persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan proses reposisinya. Kemudian turunlah wahyu yang membebankan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam agar menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan; menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.
Tiga tahunpun berlalu sementara dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi dan individu; dalam tempo waktu ini terbentuklah suatu jamaah Mukminin yang dibangun atas pondasi ukhuwwah (persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan proses reposisinya. Kemudian turunlah wahyu yang membebankan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam agar menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan; menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.
Pengarang Manhaj Haraki Syaikh Muhamad Ghabdhan Mengatakan : Quraisy belum memberikan perhatian khusus terhadap da'wah ini, karena fenomena kehanifan sudah sejak lama tersebar di masyarakat Mekah. Seperti yang tercermin pada Zaid bin Amer bin Naufal, Waraqah bin Naufal, dan Umayyah bin Abu Shalt. Bahkan boleh dikatakan, pada periode sirriyyah ini Quraisy lebih banyak memperhatikan orang-orang hanif daripada kaum muslimin. Hal ini karena orang-orang hanif itu pernah mengatakan keraguan mereka terhadap berhala-berhala kaum Quraisy dan sesembahan orang-orang Arab, sementara kaum muslimin belum pernah menyatakan sikap terhadap mereka. Jadi, pengetahuan Quraisy tentang sebagian "fenomena aneh" ini tidak menimbulkan kemarahan selama orang-orang tersebut mencukupkan diri sendiri dan kalangan sendiri. Setiap orang bebas menyembah Allah sebagaimana yang dikehendakinya, selama agama tersebut hanya berupa akidah di hati dan ibadah, dan tidak mencampuri urusan kehidupan
PERAN WANITA DALAM FASE INI
Seperempat dari masyarakat Islam periode ini terdiri dari kaum wanita. Kaum wanita ini hidup di periode sirriyah ini tanpa diketahui oleh seorang pun keislaman mereka.Tokoh-tokoh wanita dalam periode ini diantaranya ialah: Khadijah ra., Asma' binti Umais, Ummul Fadhal binti Hatits adalah teladan wanita terbaik di dalam sejarah.
0 Komentar