Ekspedisi kali ini dipimpin oleh salah seorang sahabat dari kalangan Anshar, ia adalah Muhammad bin Maslamah bin Salamah bin Khalid bin Adi bin Majda’ah bin Haritsah bin al-Khazraj bin Amru bin Malik al-Ausi al-Anshari. [1]
Ia berasal dari Bani Haritsah dan menjadi pemimpin bagi Bani Abdul Asyhul, dilahirkan 22 tahun sebelum bi’tsah, mendapat kunyah Abu Abdullah ada juga yang menyebutkan Abu Abdurrahman, beliau termasuk salah satu dari ahlul Badar dan juga telah mengikuti banyak peperangan kecuali satu peperangan, yakni perang Tabuk, karena ia mendapat izin dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam agar tetap tinggal di Madinah. [2]
Muhammad bin Maslamah memeluk Islam melalui perantara Mus’ab bin Umair—duta pertama di Madinah—yakni tepatnya sebelum islamnya Sa’ad bin Mu’ad. [3] Beliau wafat pada bulan Shafar tahun 43 H, dan telah meniti kehidupan selama 77 tahun. [4]
Pada bulan Muharram tahun ke-6 dari hijrah, Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam mengutus Muhammad bin Maslamah al-Anshari bersama dengan 30 perajurit yang berkendaraan unta dan kuda untuk pergi menuju Qirtha’ [5] yang berada di pinggiran Dhariyah, tempat pemukiman Bani Bakr yang termasuk dari wilayah Najd. [6]
Tujuannya adalah untuk menyerang kabilah Bani Bakr bin Kilab, karena selalu mengganggu dan merugikan kaum muslimin. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada pasukan agar bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang harinya, agar penyerangan tidak terlihat oleh orang dan juga yang terpenting adalah agar tidak tercium oleh musuh, sehingga dapat melancarkan serangan secara mendadak dari segala arah setelah sampai di lokasi. Maka bergeraklah pasukan sesuai dengan perintah yang disampaikan oleh Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, ketika sampai tujuan dan serangan dilancarkan, berlarianlah mereka guna menyelamatkan diri, namu ternyata ada beberapa dari mereka yang mencoba melakukan perlawanan dan akhirnya mereka ikut lari menyelamatkan diri setelah terbunuhnya sepuluh orang dari mereka. [7]
Dari penyerangan, pasukan berhasil mengalahkan Bani Bakr bin Kilab dan juga mendapatkan ghanimah 150 ekor unta serta 3000 ekor kambing [8], namun ada juga yang menyebutkan hanya mendapat 50 ekor unta [9], juga membawa pulang seorang tawanan, yakni Tsumamah bin Atsal (seorang pembesar dari Yamamah).
Setelah semua urusan selesai, pasukan kembali ke Madinah tepat semalam sebelum bulan Muharram berakhir, lamanya ekspedisi kali ini adalah Sembilan belas hari. [10]


----------------------------------------------------------

.[1] Lihat Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ishabah (Beirut : Daar al-Kutub al-Alamiyah, 1995 M), juz. 6, hlm. 28
[2] Ibid.
[3] Lihat adz-Dzahabi, Siar A’lam (Beirut : Muasasah ar-Risalah, 1990 M), juz. 2, hlm. 371
[4] Ibid. hlm. 373
[5] Sebuah desa milik Bani Kilab, jaraknya lebih dekat dengan Makkah, di sana terdapat sebuah gunung yang diberi nama al-Bikrat, jarak antara Dhariyah dengan Madinah adalah perjalanan tujuh malam.
[6] Lihat Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu A’laihi wasalam, hlm. 286, dan Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul al-Makhtum versi terjemahan hlm. 440
[7] Lihat KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh (Jakarta : Gema Insani, 2001 M), juz. 2, hlm. 304 dan Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu A’laihi wasalam, hlm. 286
[8] Lihat Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu A’laihi wasalam, hlm. 286
[9] Lihat KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh (Jakarta : Gema Insani, 2001 M), juz. 2, hlm. 304
[10] Lihat Muhammad Ridho, Muhammad Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, hlm. 286