PERANG UHUD [1]
1.Latar Belakang .
Makkah menggelegak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan mereka di Perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanya Quraisy melarang semua penduduk Makkah meratapi para korban di Badr dan tidak perlu terburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa di atas angin.

karena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.Setelah Perang Badr, Semua orang Quraisy sepakat untuk melancarkan serangan habis-habisan terhadap orang-orang Muslim, agar kebencian mereka bisa terobati dan dendam kesumat mereka bisa tersuapi. Karena itu mereka menggelar persiapan untuk terjun ke kancah peperangan sekali lagi.

Di antara pemimpin Quraisy yang paling bersemangat dan paling getol mengadakan persiapan perang adalah lkrimah bin Abu Jahl, Shafwan bin umayyah. Abu Sufyan bin Harb dan Abdullah bin Abu Rabi'ah[2].

2.Persiapan Kafir Quroisy
Mereka sibuk menggalang dana untuk menyongsong aksi balas dendam, mereka datang kepada para pemilik kafilah dagang Quraisy yang merupakan pemicu utama terjadinya perang Badar, seraya menyeru :
"Wahai orang-orang Quraisy! Sungguh Muhammad telah menganiaya kalian serta membunuh tokoh-tokoh kalian! Maka bantulah kami dengan harta kalian untuk membalasnya! Mudah-mudahan kami bisa menuntut balas terhadap mereka."
Rencana tersebut mendapat respon hangat dari masyarakat Quraisy, kontan dalam waktu yang sangat singkat terkumpul dana perang yang cukup banyak berupa 1000 onta dan  1500 Dinar . Sebagaimana yang Allah Subhaanallaahu wa Ta'aala lansir pada ayat 36 dari surat Al-Anfal:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ   
 Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.
Mereka membuka pintu dukungan bagi siapa pun yang hendak ikut andil untuk memerangi orang-orang Muslim, entah dia berasal dari Habasyah,Kinanah atau pun Tihamah. Untuk keperluan ini mereka menggunakan segala cara untuk membangkitkan semangat manusia. Bahkan Shafwan bin Umayyah membujuk Abu Azzah, seorang penyair yang tertawan di Perang Badr, namun kemudian dibebaskan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tanpa tebusan apa pun, dengan syarat dia tidak boleh memerangi beliau lagi dalam bentuk apa pun. Abu Shafwan membujuknya agar menggugah semangat berbagai kabilah untuk memerangi kaum Muslimin. Dia berjanji, jika Abu Azzah kembali dari perang dalam keadaan selamat, maka dia akan memberinya harta yang melimpah. Jika tidak, maka anak-anaknya akan mendapat perlindungan. Maka Abu Azzah bangkit membangkitkan semangat berbagai kabilah dengan syairsyairnya. Merekajuga menggunakan penyair lain untuk tugas ini, yaitu Musafi' bin Abdi Manaf AI-Jumahy.
Hari demi hari tampak upaya mereka mendapat hasil signifikan. Betapa tidak, hanya dalam kurun waktu satu tahun saja mereka mampu menghimpun pasukan tiga kali lipat lebih besar dibanding jumlah pasukan Quraisy pada perang setahun lalu (perang Badar) ditambah fasilitas persenjataan yang memadai terdiri dari 3000 onta, 200 kuda dan 700 baju besi, jumlah total pasukan tidak kurang dari 3000 prajurit ditambah lima belas wanita bertugas mengobarkan semangat tempur dan menghalau pasukan lari mundur kebelakang.
Bertindak sebagai panglima tertinggi pasukan Quraisy adalah Abu Sufyan bin Harb, adapun pasukan berkuda dibawah komando Khalid bin Al Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal, sementara panji- panji perang dipegang para ahli perang dari Kabilah Bani Abdud Dar, dan barisan wanita dibawah koordinasi Hindun bintu 'Utbah istri Abu Sufyan. Terasa lengkap dan cukup memadai persiapan Quraisy dalam periode putaran perang kali ini, arak-arakan pasukan besar sarat anarkisme dan angkara murka kini tengah merangsek menuju Madinah menyandang misi balas dendam.
3.Intelijen  Rasul Menyampaikan Kabar
Al-Abas memata – matai persiapan militer yang di lakukan oleh Quroisy  Al Abbas Mengirim Surat kepada Rasulullah , Kurir yang di utus Abbas menempuh perjalanan Makkah dan Madinah yang berjarak 500 Km hanya 3 Hari saja , Beliau menerima surat rahasia dari Al Abbas bin Abdul Mutthalib ketika Posisi beliau    Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam berada di Quba, Ubay bin Ka'ab diminta untuk membaca surat tersebut dan merahasiakan isinya. Beliau bergegas menuju Madinah mengadakan persiapan militer menyongsong kedatangan 'tamu tak diharapkan itu'.
4.Kewaspadaan Rasulullah Menyikapi Informasi Abbas.
Madinah dalam keadaan siaga satu. Tak seorang pun lepas dari senjatanya. Sekalipun sedang shalat mereka tetap dalam keadaan siaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi.
Ada sekumpulan Anshar, seperti Sa'd bin Mu'adz, Usaid bin Hudhair dan Sa'd bin Ubadah senantiasa menjaga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  Mereka selalu berada di dekat pintu rumah beliau.
Setiap pintu gerbang Madinah pasti ada sekumpulan penjaga, karena dikhawatirkan musuh menyerang secara tiba-tiba. Ada pula sekumpulan orang-orang Muslim yang bertugas memata-matai setiap gerakan musuh, Mereka berpatroli  di setiap jalur yang bisa saja dilalui orang-orang musyrik untuk menyerang orang-orang Muslim.

5. Pasukan Makkah Tiba di Sekitar Madinah

Pasukan Makkah meneruskan perjalanan, mengambil jalur utama ke arah barat menuju Madinah. Setiba di Abwa', Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan mengusulkan untuk menggali kuburan Ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Namun para komandan pasukan Quraisy menolak Usulan ini.
Kali ini mereka bersikap sangat hati-hati terhadap akibat yang harus dihadapi jika mereka berbuat sepinti itu. Maka pasukan melanjutkan perjalanan hingga mendekati Madinah Mereka melewati Wadi Al-Aqiq, lalu membelok ke arah kanan hingga tiba di dekat bukit Uhud, di suatu tempat yang disebut Ainain, di sebelah uatra Madinah. Pasukan Quraisy mengambil tempat di sana pada hari Jum’at tanggal 6 Syawwal 3 H.

6.Musyawarah Militer Madinah
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam mengumpulkan para sahabatnya sembari  bersabda :
"Demi Allah sungguh aku telah melihat pertanda baik, aku melihat seekor sapi yang disembelih, pedangku tumpul, dan aku masukkan tanganku didalam baju besi, aku ta'wilkan sapi dengan gugurnya sekelompok orang dari sahabatku, tumpulnya pedangku dengan gugurnya salah satu anggota keluargaku sementara baju besi dengan Madinah".[3]
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam berpendapat agar tetap bertahan di dalam kota Madinah dan meladeni tantangan mereka di mulut-mulut lorong kota Madinah. Pendapat ini disetujui oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, Abdullah bin Ubay  memilih pendapat ini bukan atas pertimbangan strategi militer melainkan agar dirinya bisa dengan mudah kabur dari pertempuran tanpa mencolok pandangan manusia.  Adapun mayoritas para sahabat, mereka cenderung memilih menyambut tantangan Quraiys di luar Madinah dengan alasan banyak diantara mereka tidak sempat ambil bagian dalam perang Badar, kali ini mereka tidak ingin ketinggalan untuk 'menanam saham' pada puncak amalan tertinggi dalam Islam (JIHAD).  Hamzah bin Abdul Mutthalib sangat mendukung pendapat ini seraya berkata :
"Demi Dzat Yang menurunkan Al Qur'an kepadamu, sungguh Aku tidak akan makan sampai Aku mencincang mereka dengan pedangku di luar Madinah."
Dengan mempertimbangkan berbagai usulan para sahabat akhirnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam memutuskan untuk menjawab tantangan Quraisy di medan terbuka luar kota Madinah. Dan meninggalkan selera Abdullah bin Ubay.
Hari itu Jum'at tanggal 6 Syawwal 3 H beliau memberi wasiat kepada para sahabat agar bersemangat penuh kesungguhan dan bahwasannya Allah akan memberi pertolongan atas kesabaran mereka. Lalu mereka shalat Ashar dan Beliau beranjak masuk kedalam rumah bersama Abu Bakar dan Umar bin Al Khathab, saat itu beliau mengenakan baju besi dan mempersiapkan persenjataan.
Para sahabat menyesal[4] dengan sikap mereka yang terkesan memaksa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam untuk keluar dari Madinah, tatkala Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam keluar mereka berkata :
"Wahai Rasulullah, kami tidak bermaksud menyelisihi pendapatmu, putuskanlah sekehendakmu! Jika engkau lebih suka bertahan di Madinah maka lakukanlah!"
Beliau menjawab:
"Tidak pantas bagi seorang nabi menanggalkan baju perang yang telah dipakainya sebelum Allah memberi keputusan antara dia  dengan musuhnya."
7.Pembagian Pasukan
Beliau membagi pasukannya menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok Muhajirin, yang benderanya diserahkan kepada Mush'ab bin
Umair AI-Abdary.
2. Kelompok Aus, yang benderanya diserahkan kepada Usaid bin Hudhair.
3. Kelompok Khazraj, yang benderanya diserahkan kepada AI-Rubab bin AIMundzir Al-Jamuh.

Pasukan ini terdiri dari seribu prajurit, seratus prajurit mengenakan baju besi dan lima puluh orang penunggang kuda. Ada yang berpendapat, kali ini tak seorang pun yang menunggang kuda[5]. Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum, terutama untuk mengimami shalat bersama orang-orang yang masih berada di Madinah. Namun kemudian dia juga diperbolehkan untuk ikut serta.

Pasukan bergerak ke arah utara. Sa'd bin Mu'adz dan Sa'd bin Ubadah berjalan di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sambil mengenakan baju
besi.  
Setelah melewati Tsaniyyatul-Wada', di kejauhan terlihat ada satu satuan pasukan lengkap dengan persenjataannya. Ketika ditanyakan dari kelompok manakah mereka itu? Dikabarkan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi yang menjadi sekutu Khazraj. Mereka ingin ikut serta dalam peperangan melawan orang-orang musyrik. Beliau bertanya, "Apakah mereka sudah masuk Islam?" Setelah diketahui ternyata mereka belum masuk Islam, maka beliau menolak untuk meminta bantuan kepada orang-orang kafir untuk memerangi orang-orang musyrik.
8.Inspeksi Pasukan.
Setibanya di suatu tempat yang disebut Asy-Syaikhany, beliau menginspeksi pasukan dan menolak keikutsertaan prajurit yang usianya terlalu muda dan dianggap belum mampu terjun ke kancah perang. Anak-anak yang ditolak ini adalah Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab. Usamah bin Zaid, Usaid bin Zhuhair, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arqam, Amr bin Hazm, Abu Sa'id AIKhudry, dan Sa'd bin Habbah. Di antara mereka ini ada pula nama AI-Barra' bin Azib. Tapi AI-Bukhary menyebutkan bahwa dia mati syahid dalam Perang Uhud ini.

Sedangkan Rafi’ bin Khadij dan Samurah bin Jundab diperbolehkan bergabung  sekalipun usia mereka masih terlalu muda. Rafi’ bin Khadij diperbolehkan karena dia diketahui mahir melepaskan anak panah. Setelah tahu Rafi' diperbolehkan, maka Samurah protes, dengan berkata, "Aku lebih kuat daripada Rafi', karena aku Pernah mengalahkannya." Tatkala hal ini disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka beliau memerintahkan agar keduanya bergelut di hadapan beliau, dan ternyata Samurah dapat mengalahkan Rafi’. Maka dia pun diperbolehkan untuk bergabung.

Karena sudah petang, beliau berhenti di tempat itu, lalu shalat Maghrib, kemudian isya' bersama seluruh pasukan, dan diputuskan untuk tetap berada di sana. Beliau memilih lima puluh orang untuk berjaga-jaga dan berkeliling di sekitar pasukan. Beliau juga meinunjuk Dzakwan bin Abd Qais sebagai penjaga beliau secara khusus.
9.Penggembosan Oleh Munafikun
Sesaat sebelum fajar menyingsing, selagi shalat subuh hampir dilaksanakan,sementara musuh sudah dapat dilihat dan musuh pun dapat melihat mereka, tiba-tiba Abdullah bin Ubay membelot. Tidak kurang dari sepertiga anggota pasukan yang menarik diri. Mereka berkata, "Kita tidak tahu atas dasar apa kita memerangi diri kita sendiri?"

Abdullah bin Ubay beralasan, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabaikan pendapatnya dan lebih suka mendengarkan pendapat orang yang lain. Tidak dapat diragukan, sebab pembelotan ini bukan seperti yang diungkapkan tokoh orang-orang munafik ini, karena beliau mengabaikan pendapatnya. Kalau tidak, buat apa dia ikut pergi bersama pasukan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga ke tempat itu? Kalau pun itu sebabnya,tentu dia akan menolak sejak akan berangkat.

Tujuannya yang pokok adalah ingin menimbulkan keguncangan dan keresahan di tengah pasukan Muslimin, setelah mendengar dan melihat pasukan musuh, sehingga banyak orang yang mundur dari pasukan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sisanya yang masih bergabung bersama beliau menjadi jatuh mentalnya, sementara keberanian musuh bisa semakin meningkat dan semangatnya semakin membara karena melihat kenyataan ini. Cara ini bisa mempercepat kehancuranNabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat. Setelah itu kejayaan dan kepemimpinan di Madinah bisa berada di tangan orang munafik ini.

Hampir saja Abdullah bin Ubay berhasil mewujudkan rencananya.Dua golongan yang bergabung dalam pasukan Muslimin, Bani Haritsah dari Aus dan Bani Salimah dari Khazraj hampir saja kehilangan semangat. Tetapi Allah cepat menguasai dua golongan ini, sehingga mereka menjadi tegarkembali. Padahal sebelum itu dua golongan ini sudah hilang semangatnya dan hampir saja mengundurkan diri. Allah befirman tentang dua golongan ini :
ø إِذْ هَمَّتْ طائِفَتانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلا وَاللَّهُ وَلِيُّهُما وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
 ketika dua golongan dari padamu  ingin (mundur) karena takut, Padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. ( QS.3:122)

Saat itu Abdullah bin Haram, anak Jabir bin Abdullah berusaha mengingatkan orang-orang munafik itu, apa yang seharusnya mereka kerjakan dalam situasi yang kritis seperti ini. Dia terus membuntuti mereka, mendoakan keburukan bagi mereka dan meminta agar mereka kembali ke medan perang. Dia berkata, "Marilah berperang di ]alan Allah atau tak ada salahnya kalian bertahan saja. "
Mereka menjawab, "Andaikan kami tahu kalian hendak berperang. tentu
kami tidak akan pulang.
Akhirnya Abdullah bin Haram kembali ke medan perang sambil berkata, "Semoga Allah menjauhkan Kalian wahai musuh-musuh Allah. sehingga Allah membuat Nabi-Nya tidak membutuhkan kehadiran diri Kalian. "
Tentang orang-orang munafik ini Allah befirman :
     
 . وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعالَوْا قاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتالاً لاتَّبَعْناكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِما يَكْتُمُونَ
dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka berkata: "Sekiranya Kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah Kami mengikuti kamu  mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. ( QS.3 : 167 )
     
10. Sisa Pasukan Islam Pergi ke Uhud

Setelah ada pengunduran diri dari kelompok Abdullah bin Ubay, maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama sisa pasukan yang terdiri dari 700 prajurit melanjutkan perjalanan hingga mendekati musuh. Pasukan musyrikin mengambil tempat yang menghalangi pasukan Muslimin dengan bukit Uhud.
Beliau bertanya, "Siapakah yang bisa menunjukkan jalan yang lebih dekat tanpa harus melewati musuh?"
Abu Khaitsamah menjawab, "Saya wahai Rasulullah." Lalu dia memilih jalan yang lebih pendek ke Uhud, melewati tanah dan perkebunan milik Bani Haritsah, berjalan ke arah barat meninggalkan pasukan musyrikin.
Pasukan berjalan melalui jalur ini dengan melewati kebun milik Mirba' bin Qaizhy, seorang munafik yang buta. Tatkala dia merasa bahwa pasukan Muslimin sedang lewat, maka dia. menaburkandebu ke wajah orang-orang Muslim, seraya berkata, "Aku tidak memperkenankan kamu masuk ke dalam kebunku jika memang engkau benar-benar Rasul Allah. "
Orang-orang Muslim langsung mengerubunginya, dengan maksud untuk menghabisinya. Namun beliau bersabda, "Kalian jangan membunuhnya. Lni adalah orang yang buta hatinya, karena itu. buta pula matanya. "
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meneruskan perjalanan hingga tiba di kaki bukit Uhud. Pasukan Muslimin mengambil tempat dengan posisi menghadap ke arah Madinah dan memunggungi Uhud. Dengan posisi ini,pasukan musuh berada di tengah antara mereka dan Madinah.

11. Strategi Defensif

Di sana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membagi tugas pasukannya dan membariskan mereka sebagai persiapan untuk menghadapi pertempuran.Beliau menunjuk satu detasemen yang terdiri dari para pemanah ulung. Komandan detasemen ini diserahkan kepada Abdullah bin Jubair bin An-Nu'man AI-Anshary AI-Ausy. Beliau memerintahkan agar mereka menempati posisi di atas bukit, sebelah selatan Wadi Qanat, yang di kemudian hari dikenal dengan nama Jabal Rumat. Posisi tepatnya kira-kira seratus lima puluh meter dari posisi pasukan Muslimin.

Tujuan dari penempatan detasemen ini tecermin dari penjelasan yang disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para pemanah.

Beliau bersabda kepada pemimpin mereka, "Lindungilah kami dengan anak panah, agar musuh tidak menyerang kami dari arah belakang. Tetaplah di tempatmu, entah kita di atas angin atau pun terdesak, agar kita tidak diserang dari arahmu  Beliau juga bersabda kepada para pemanah itu, "Lindungilah punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang bertempur, maka kalian tak perlu membantu kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta  rampasan. maka janganlah kalian turun bergabung bersama kami."
Dalam riwayat AI-Bukhary disebutkan, beliau bersabda, "Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu, kecuali jika ada utusanku yang datang kepada kalian. Jika kalian melihat kami dapat mengalahkan mereka, makajanganlah kalian meninggalkan tempat,hingga ada utusan yang datang kepada kalian. "
Dengan ditempatkannya detasemen di atas bukit dengan disertai perintah-perintah militer yang keras ini, maka beliau sudah bisa menyumbat satu celah yang memungkinkan bagi kavaleri Quraisy untuk menyusup ke barisan orang-orang Muslim dari arah belakang dan mengacaukannya.
Pasukan Muslimin di sayap kanan dikomandani Al-Mundzir bin Amr, di sayap kiri dikomandani Az-Zubair bin Al-Awwam, dan masih didukung oleh satuan pasukan yang dikomandani Al-Miqdad bin AlAswad. Az-Zubair bertugas menghadang laju kavaleri (pasukan penunggang kuda) Quraisy yang dipimpin Khalid bin Al-Walid (yang saat itu masih kafir). Di barisan terdepan ada sejumlah orang yang pemberani, tokoh-tokoh yang dikenal gagah perkasa dan hebat sepak terjangnya, yang kemampuannya bisa disamakan dengan beribu-ribu orang.
Pengaturan ini merupakan strategi yang sangat bijaksana dan sekaligus amat detail, yang menggambarkan kecerdikan Rasulullah Shallallahu Alaihi waSallam sebagai seorang komandan perang. Tidak ada seorang komandan perang pun yang memiliki kecerdikan dalam menetapkan strategi yang sangat jitu ini, seperti apa pun keandalannya. Beliau memilih tempat yang sangat strategis, padahal kedatangan beliau di sana didahului pasukan musuh.
Punggung dan sayap kanan pasukan terlindung oleh ketinggian bukit,Sedangkan sayap kiri pasukan terlindungi oleh satusatunya tebing yang ada di situ. Beliau memilihkan tempat yang relatif lebih tinggi bagi pasukannya. Jika terdesak, anggota pasukannya tidak mudah menyerah lalu melarikan diri, yang justru membuka peluang bagi musuh untuk menghabisi dan menawan mereka.
Jika mereka terus bertahan, musuh justru bisa mengalami kerugiap yang besar,apalagi jika musuh berusaha untuk terus mendesak maju. Sementara musuh tidak mempunyai pilihan lain untuk menyerang mereka dari sisi lain. Sebaliknya, jika kemenangan berpihak kepada pasukan Muslimin, maka musuh tidak dapat menghindar dari kejaran mereka. Di samping semua itu, beliau telah menunjuk beberapa orang di front terdepan, yang terdiri dari orang-orang yang gagah perkasa dan pemberani.
Begitulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatur pasukannya pada hari Sabtu pagi tanggal 7 Syawwal 3 H.

12. Rasulullah Meniupkan Ruh Patriotisme kepada Prajurit Muslimin

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang semua pasukan untuk melancarkan serangan kecuali atas perintah beliau. Dalam peperangan ini beliau mengenakan dua lapis baju besi. Beliau menganjurkan untuk berperang, meningkatkan kesabaran dan keteguhan selama peperangan. Memompa keberanian dan patriotisme di tengah shahabat. Sambil menghunus pedang yang tajam beliau berseru, "Siapakah yang ingin mengambil pedang ini  menurut haknya'?"  
Ada beberapa orang yang maju ke hadapan beliau, siap untuk mengambilnya. di antaranya Ali bin Abu Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam. Umar bin AI-Khaththab. Namun pedang itu belum juga diserahkan kepada seorang pun. hingga Abu Dujanah Simak bin Kharasyah maju ke depan sambil bertanya, "Apa haknya wahai Rasulullah'?"
Beliau menjawab. "Hendaklah engkau membabatkan pedang ini ke
wajah-wajah musuh hingga bengkok. "
"Aku akan mengambilnya menurut haknya wahai Rasulullah," jawab Abu Dujanah. Lalu beliau memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah seorang laki-laki pemberani tanpa menutup-nutupi dirinya di muka umum dalam kancah peperangan, sehingga terkesan sombong.
Dia mempunyai sorban wama merah. Jika sorban itu sudah dia kenakan, maka semua orang tahu bahwa dia akan berperang hingga mati. Setelah mengambil pedang dari beliau, maka dia mengikatkan sorban merahnya di kepala, lalu dia berjalan mengambil tempat di antara dua pasukan. Saat itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sungguh itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah kecuali seperti di tempat ini. "

13. Pengaturan Pasukan Makkah

Orang-orang musyrik mengatur pasukannya hanya berdasarkan aturan barisan-barisan. Komandan pasukan tertinggi ada di tangan Abu Sufyan bin Harb yang mengambil posisi di tengah-tengah pasukan. Kavaleri Quraisy di sayap lainnya dipimpin lkrimah bin Abu Jahl. Sedangkan pejalan kakinya dipimpin Shafwan bin Umayyah, para pemanah dipimpin Abdullah bin Rabi'ah.
Bendera perang diserahkan kepada beberapa orang dari Bani AbdidDar,lni memang merupakan kedudukan mereka semenjak Bani Abdi manaf membagi-bagi beberapa kedudukan di Makkah, yang diwarisi dari Qushay bin Kilab, seperti yang sudah kita bahas di bagian awal buku ini. Jadi tak seorang pun boleh menentangnya, karena terikat oleh tradisi yang sudah berlaku. Hanya saja komandan pasukan yang tertinggi, Abu Sufyan banyak bercerita kepada mereka tentang apa yang menimpa pasukan Quraisy pada saat Perang Badr".yaitu saat pembawa bendera mereka, An-Nadhr bin AI-Harits tertawan.
Dia berkata kepada mereka untuk   membangkitkan kemarahan mereka dan menggugah harga diri mereka, 'Wahai Bani Abdid-Dar, kalian telah dipercaya membawa bendera kami saat Perang Badr, dan akhirnya kita mengalami sial seperti yang sudah kalian ketahui. Sesungguhnya pasukan itu diukur dari benderanya. Jika bendera itu musnah, maka musnahlah mereka. Jadi lebih baik kalian melindungi bendera kita ataukah lebih baik Kalian melepaskan urusan kita dengan Muhammad, dan cukuplah kami sebagai wakil kalian. "
Abu Sufyan berhasil dengan pancingannya. Mereka sangat marah mendengar ucapan Abu Sufyan ini, meradang di hadapannya dan bersumpah kepadanya dengan berkata, "Kami menyerahkan bendera kaml kepadamu?
Besok engkau akan tahu apa yang akan kami perbuat saat pertempuran. "Mereka pun langsung melompat ke kancah tatkala pertempuran sudah dimulai.

14. Trik Pihak Quraisy

Sebelum pecah peperangan, pillak Quraisy berusaha menciptakan perpecahan di dalam barisan pasukan Muslimin. Abu Sufyan mengirim surat yang ditujukan kepada orang-orang Anshar, yang isinya : "Biarkanlah urusan kami dengan anak paman kami, dan setelah itu kami akan pulang tanpa mengusik kalian, karena tidak ada gunanya kami memerangi kalian. "
Tapi apalah artinya usaha ini di hadapan iman yang tidak akan goyah layaknya gunung. Orang-orang Anshar membalas surat Abu Sufyan itu dengan balasan yang pedas, yang membuat merah telinganya saat mendengarnya.
Detik-detik pertempuran semakin dekat. Dua belah pihak sudah saling merangsek. Orang-orang Quraisy berusaha lagi untuk tujuan yang sama. Ada seorang pesuruh pengkhianat yang biasa dipanggil Abu Amir, seorang laki-laki fasik, yang nama aslinya adalah Abd Amr bin Shaify. Dia juga biasa disebut Si Rahib. Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutnya si fasik.
Dahulu dia termasuk pemuka Aus semasa Jahiliyah. Tatkala Islam muncul di Madinah, dia terang-terangan memusuhi beliau. Dia pindah dari Madinah dan bergabung dengan pihak Quraisy, membujuk dan menganjurkan agar mereka memerangi beliau. Dia menyatakan kepada mereka, bahwa jika kaumnya melihat kehadirannya, tentu mereka akan patuh kepadanya dan berpihak kepadanya. Dialah yang pertama kali muneul di hadapan orang-orang Muslim bersama beberapa orang dan dua hamba sahaya milik penduduk Makkah. Dia berseru memperkenalkan dirinya, "Wahai orang-orang Aus, aku adalah Abu Amir."
Orang-orang Aus menjawab, "Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu wahai Si fasik."
"Rupanya ada yang tidak beres dengan kaumku sepeninggalku,"
katanya. Setelah peperangan meletus, dia memerangi mereka dengan ganas dan melontarkan bebatuan.
Begitulah trik orang-orang Quraisy yang gagal total untuk memecah belah barisan orang-orang Muslim. Sebenarnya tindakan mereka ini menunjukkan ketakutan dan kegamangan yang menguasai hati mereka dalam menghadapi orang-orang Muslim, sekalipun jumlah mereka lebih banyak dan memiliki perlengkapan yang lebih memadai.

15.Wanita-wanita Quraisy Bangkit Membakar Semangat,

Ada beberapa wanita Quraisy yang ikut bergabung dalam pasukan perang kali ini, dipimpin Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan. Mereka tak henti-hentinya berkeliling di antara barisan, menabuh rebana, membangkitkan semangat mengobarkan tekad berperang dan menggerakkan perasaan untuk bertempur dan maju ke depan. Terkadang mereka berseru kepada orang-orang yang membawa bendera,
"Hai Bani Abdid-Dar
hayo pelindung barisan belakang
tebaskan segala senjata yang tajam. "
Terkadang mereka memompa semangat kaumnya untuk terus berperang
dengan berseru,
"Jika kalian maju kan kami peluk
kami hamparkan kasur yang empuk
atau jika kalian mundur kami kan berpisah
perpisahan tanpa cinta kasih. "

16.Awal Meletusnya Bara Peperangan

Dua pihak saling mendekat dan merangsek ke depan. Tahapan-tahapan perang sudah dimulai. Yang pertama kali menyulut bara pertempuran adalah pembawa bendera dari kalangan musyrikin, yaitu Thalhah bin Abu Thalhah AIAbdary.
Dia adalah penunggang kuda Quraisy yang paling pemberani, Orang-orang Muslim menyebutnya Kabsyul-Katibah. Dia keluar sambil menunggang onta, mengajak untuk adu tanding. Tak seorang pun yang segera menyambut tantangannya untuk adu tanding karena keberaniannya itu. Akhirnya Az-Zubair maju menghampirinya. Dia maju tidak dengan cara pelan-pelan, tetapi langsung  melompat layaknya seekor singa. Sehingga belum sempat Thalhah turun dari punggung ontanya, Az-Zubair sudah menusukkan pedangnya hingga Thalhah terjerembab ke tanah, mati.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyaksikan adu tanding yang sangat mencengangkan ini. Maka seketika beliau bertakbir yang kemudian diikuti semua orang Muslim. Beliau memuji Az-Zubair dan bersabda sesuai dengan kapasitas dirinya, "Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai pengikut setia. Adapun pengikut setiaku adalah Az-Zubair. "

17.Pertempuran di Sekitar Bendera

Setelah itu pertempuran pun meletus dan semakin mengganas antara kedua belah pihak Semua sudut menjadi kancah pertempuran yang hebat Pertempuran yang paling berat ada di sekitar bendera orang-orang musyrik.
Secara bergantian orang-orang dari Bani Abdid-Dar bertugas membawa bendera perang setelah pemimpin mereka, Thalhah bin Ak Thalhah terbunuh di tangan Az-Zubair. Bendera itu kini dibawa saudaranya Abu Syaibah Utsman bin Abu Thalhah. Dia maju untuk berperang sambil berkata, "Ada kewajiban di tangan pembawa bendera, untuk menjadikan pohon menjulang ke atas ataukah tumbang di atas tanah."
Setelah maju ke depan dia langsung disongsong Hamzah bin AbduI-Muththalib yang menyabetnya dengan sekali tebasan di bagian pundak. Hingga tangannya putus. Bahkan sabetan pedang Hamzah itu melesat ke bawah hingga ke pusar dan mengeluarkan jantungnya. Setelah itu bendera pasukan Quraisy diambil alih oleh Abu Sa'd bin Abu Thalhah. Namun Sa'd bin Abi Waqqash memanah Abu Sa'd tepat mengenai tenggorokannya, membuat lidahnya terjulur keluar dan tak seberapa lama kemudian dia tersungkur ke tanah, mati. Ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa dia dibunuh Ali bin Abu Thalib. Pada saat itu Abu Sa'd keluar dari kancah peperangan untuk buang air besar. Ali bin Abu Thalib memergokinya dan menyabetkan pedang ke arahnya. Dua kali luput, lalu disusul dengan sabetan yang ketiga hingga dapat membunuhnya.
Kemudian bendera diambil alih oleh Musafi' bin Thalhah bin Abu Thalhah. Namun dia dapat dipanah oleh Ashim bin Tsabit bin Abu Al-Aqlah hingga mati. Kemudian bendera beralih ke tangan saudaranya. Al-Julas bin Thalhah bin Abu Thalhah, namun dia dapat dibunuh Ali bin Abu Thalib. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dia dibunuh Hamzah bin Abdul-Muththalib. Kemudian bendera beralih ke tangan Syuraih bin Qarizh, dan akhirnya dia dapat dibunuh Quzman, seorang munafik yang ikut bergabung dalam pasukan Muslimin, bukan karena hendak membela Islam, tapi karena Sifat kejantanannya. Kemudian bendera beralih ke tangan Abu Zaid Amr bin Abdi Manaf AI-Abdary, yang akhirnya dia dapat dibunuh Quzman pula. Kemudian bendera beralih ke tangan seorang anak Syurahbil bin Hasyim AI-Abdary, yang akhirnya dia dapat dibunuh Quzman pula.
Jadi sudah ada sepuluh orang dari Bani Abdid-Dar yang bergantian membawa bendera, yang semuanya mati terbunuh. Setelah itu tak ada lagi yang mau membawa bendera. Tiba-tiba muncul seorang pembantu milik mereka yang berasal dari Habasyah yang maju untuk membawa bendera,namanya Shu'ab. Dia maju untuk membawa bendera sambil menunjukkan keberanian dan kehebatannya,' lebih hebat dari sekedar gambaran seorang pembantu, dan bahkan lebih hebat dari para pembawa bendera sebelumnya.Dia terus berperang hingga tangannya tertebas dan putus. Dengan terbunuhnya Shu'ab ini, maka bendera pasukan Quraisy jatuh ke tanah dan tak seorang pun yang mau mengambilnya, sehingga bendera itu dibiarkan berserak di tanah.

18. Pertempuran di Beberapa Titik

Pertempuran semakin lama semakin panas dan yang paling berat berkisar di sekitar bendera orang-orang musyrik. Pertempuran berkecamuk di setiap kancah peperangan. Sementara iman menguasai barisan orang-orang Muslim. Mereka menyerbu ke tengah pasukan musyrikin layaknya air bah yang menjebol tembok bendungan, sambil berkata, "Matilah, matilah!" Begitulah seruan mereka pada waktu Perang Uhud. Abu Dujanah datang menyeruak sambil mengikatkan sorban berwama merah di kepalanya, membawa pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dengan satu tekad untuk memenuhi hak pedang itu. Maka dia pun bertempur menyelusup kesana kemari di tengah manusia. Siapa pun orang musyrik yang berpapasan dengannya pasti dibabatnya hingga meninggal. Dia benar-benar telah mengacak-acak barisan orang-orang musyrik. Az-Zubair bin Al-Awwam berkata, "Ada yang terasa mengganjal di dalam sanubari tatkala aku meminta pedang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun beliau menolak permintaanku dan memberikannya kepada Abu Dujanah. Aku bertanya-tanya kepada diri sendiri, 'Toh aku adalah anak Shafiyah, bibi beliau, juga berasal dari Quraisy. Aku sudah berusaha menemui beliau dan meminta pedang itu sebelum Abu Dujanah. Namun justru beliau memberikannya kepada Abu Dujanah dan meninggalkan aku. Demi Allah aku benar-benar ingin melihat apa yang bisa dilakukan Abu Dujanah'. Maka aku menguntitnya. Dia mengeluarkan sorban merahnya lalu mengikatkannya di kepala. Orang-orang Anshar berkata, "Abu Dujanah telah mengeluarkan sorban kematian". Maka dia pun beranjak sambil berkata, "Akulah yang berjanji kepada kekasih tercinta di bawah kaki bukit dekat pohon korma aku tidak boleh berdiri di barisan belakang memukul dengan pedang Allah dan Rasul-Nya. " Dia tidak berpapasan dengan seorang pun melainkan dia pasti membunuhnya. Sementara di antara orang-orang musyrik ada seseorang yang tidak membiarkan orang kami yang terluka melainkan dia pasti membunuhnya. Jarak Ibnu Dujanah dengan orang musyrik itu semakin dekat. Aku berdoa kepada Allah agar mereka dipertemukan. Benar saja. Dua kali sabetan tidak mengena. Pada sabetan berikutnya orang musyrik itu bisa menyabet Abu Dujanah, yang ditangkis dengan perisai kulit. Setelah itu Abu Dujanah ganti menyabetkan pedangnya hingga dapat membunuhnya.   Abu Dujanah terus menyusup ke tengah barisan, sehingga dia dapat lolos ke titik yang ditempati komandan para wanita Quraisy, sementara Abu Dujanah tidak tahu bahwa yang dihadapinya adalah seorang wanita. Abu Dujanah menuturkan, "Kulihat seseorang yang sedang mencakar-cakar sedemikian rupa. Maka kuhampiri orang itu. Ketika pedangku siap kutebaskan kepadanya, orang itu pun berteriak keras. Ternyata dia adalah seorang wanita. Aku menganggap pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terlalu mulia untuk membunuh seorang wanita. " Ternyata wanita itu adalah Hindun binti Utbah. Az-Zubair bin AlA wwam berkata, "Kulihat Abu Dujanah telah mengayunkan pedang persis di bagian tengah kepala Hindun binti Utbah. Namun kemudian dia membelokkan arah sabetan pedang. Aku bergumam, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui' . " Sedangkan Hamzah bin Abdul-Muththalib bertempur bagaikan singa yang sedang mengamuk. Dia menyusup ke tengah barisan pasukan musyrikin tanpa mengenal rasa takut, tanpa ada tandingannya. Sehingga orang-orang yang gagah berani dari pihak musuh pun dibuatnya seperti daun-daun kering yang beterbangan dihembus angin. Terlebih lagi andilnya yang nyata dalam menghabisi para pembawa bendera musuh. Dia terus menerjang dan mengejar tokoh-tokoh musuh, hingga akhirnya dia terbunuh di barisan paling depan, bukan terbunuh seperti dalam adu tanding semata, tetapi dia terbunuh layaknya orang baik-baik yang terbunuh di tengah kegelapan malam.
19.Terbunuhnya Singa Allah Hamzah bin Abdul-Muththalib

lnilah penuturan yang disampaikan sendiri oleh pembunuh Hamzah. Wahsyi bin Harb, "Sebelumnya aku adalah budak Jubair bin Muth'im. Paman Jubair, Thu'aimah bin Ady terbunuh pada Perang Badr. Pada saat Quraisy pergi ke Uhud, Jubair berkata kepadaku, 'Jika kamu dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad, sebagai pembalasan atas terbunuhnya pamanku, maka engkau menjadi merdeka'. Maka aku pun ikut bergabung bersama pasukan. Aku adalah seorang penduduk Habasyah. Seperti lazimnya orang-orang Habasyah, aku juga mahir dalam melontarkan tombak kecil. Jarang sekali aku meleset dari sasaran. Saat mereka bertempur, aku segera beranjak mencari-cari Hamzah. Akhirnya aku dapat melihat kelebatnya di tengah manusia layaknya onta abu-abu yang lincah. Tak seorang pun mampu menghadapi terjangannya. Demi Allah, aku pun bersiap-siap menjadikannya sebagai sasaran. Aku berlindung di balik batu atau pohon untuk dapat mendekatinya. Tapi tiba-tiba Siba' bin Abdul-Uzza muncul mendahuluiku dengan mendatangi Hamzah. "Kemarilah wahai anak wanita tukang supit!" kata Siba' kepada Hamzah, karena memang ibunya adalah tukang supit. Seketika Hamzah menyabetkan pedangnya, tepat mengenai kepala Siba' . Tombak kecil sudah kuayun-ayunkan di tangan. Saat kurasa sudah memungkinkan, tombak kulontarkan tepat mengenai perutnya bagian Bawah, hingga tembus ke selangkangannya. Dia berjalan ke arahku dengan badan limbung lalu terjerembab ke tanah. Aku menungguinya beberapa saat hingga dia benar'-benar meninggal. Setelah itu baru kuhampiri jasadnya dan kucabut tombakku. Kemudian aku kembali lagi ke tenda dan duduk di sana. Aku tidak mempunyai kepentingan yang lain. Aku membunuh Hamzah dengan tujuan agar aku menjadi orang merdeka. Maka setiba di Makkah, aku pun dimerdekakan.  

20.Menguasai Keadaan.

Sekalipun pasukan Muslimin mengalami kerugian yang besar dengan terbunuhnya singa Allah dan singa Rasul-Nya, Hamzah bin Abdul mutholib, mereka tetap mampu menguasai seluruh keadaan. Yang ikut bertempur pada saat itu adalah Abu Bakar, Umar bin AI-Khaththab, Ali bin Abu Thalib, Az-Zubair bin AI-Awwam, Mush'ab bin Umair, Thalhah bin Ubaidillah, Abdullah bin Jahsy, Sa'd bin Mu'adz, Sa'd bin Ubadah, Sa'd bin Ar-Rabi', Anas bin An-Nadhr, dan masih banyak orang-orang seperti mereka yang mampu merontokkan ambisi orang-orang musyrik.

21.Dari Pelukan Istri Langsung Mengambil Pedang dan Perisai

Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorang tabib yang disebut Si Fasik, yang sudah kami singgung di atas. Hanzhalah baru saja melangsungkan pernkahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yang saat itu dia masih berada di dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukan istrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun ke kancah pertempuran berhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapan langsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Hampir mati syahid. Sebenarnya saat itu dia sudah dapat menundukkan Abu Sufyan. Namun hal itu diketahui Syaddad bin AI-Aswad yang kemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.

22.Peranan Para Pemanah Saat Pertempuran

Detasemen para pemanah yang diangkat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan ditempatkan di atas bukit mempunyai peranan yang sangat besar dalam membalik genderang perang untuk kepentingan pasukan Muslimin. Kavaleri Quraisy yang dipimpin Khalid bin AI-Walid dan ditopang oleh Abu Amir Si Fasik melancarkan serangan tiga gelombang untuk menghancurkan sayap kiri pasukan Muslimin. Sebab jika sayap ini bisa digempur, maka inti pasukan Muslimin dapat dimasuki, sehinga barisan mereka bisa dibuat kocar-kacir dan bisa dipastikan mereka akan kalah telak. Namun setiap kali ada. gelombang serangan, para pemanah yang berada di atas bukit menghujani musuh dengan anak panah, hingga dapat menggagalkan tiga kali serangan musuh.

23.Pasukan Musyrikin Kalah

Begitulah roda pertempuran terus berputar dan pasukan Muslimin yang kecil justru dapat menguasai seIuruh keadaan, sehingga sempat menyurutkan ambisi para dedengkot musyrikin, dan membuat barisan mereka berlari menghindar ke kanan, ke kiri, ke depan dan belakang. Seakan-akan tiga ribu prajurit musyrikin harus berhadapan dengan tiga puIuh ribu prajurit Muslim. Keberanian dan keyakinan pasukan Muslimin terlihat jelas. Setelah Quraisy habis-habisan menguras tenaganya untuk menghadang serbuan pasukan Muslimin, maka terlihat semangat mereka yang turun drastis. Bahkan tak seorang pun di antara mereka yang berani mendekati bendera, setelah terbunuhnya pembawa bendera mereka yang terakhir, yaitu Shu'ab. Tak seorang pun berani mengambil bendera itu agar pertempuran berlangsung seru di sekitarnya.
Mereka sudah ancang-ancang untuk mundur dan melarikan diri, seakan mereka Iupa apa yang Pernah bergejolak di dalam hati mereka sebelum itu, yaitu dendam kesumat dan keinginan untuk mengembalikan kejayaan, kehormatan dan wibawa.  
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Allah menurunkan pertolongan-Nya kepada orang-orang Muslim dan memenuhi janji-Nya, sehingga mereka bisa menceraiberaikan musuh. Hampir pasti kemenangan ada di tangan mereka. " Abdullah bin Az-Zubair meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata. "Demi Allah, sampai-sampai aku bisa melihat betis Hindun binti Utbah yang tersingkap karena harus melarikan diri bersama rekan-rekannya. " Dalam hadits AI-Barra' bin Azib dalam Ash-Shahih disebutkan. "Saat kami menyerang, mereka melarikan diri, hingga dapat kulihat bagaiman para wanita Quraisy tertatih-tatih di bukit sambil menyingsingkan kebaya, hingga terlihat betis dan gelang kaki mereka. " Orang-orang Muslim mengejar orang-orang musyrik agar mereka meletakkan senjata dan dapat merampas harta.

24.Kesalahan fatal Yang Dilakukan Para Pemanah

Pada saat pasukan Islam yang kecil tinggal meraih kemenangan sekali lagi atas pasukan Quraisy, yang nilai kemenangamlya tidak kalah sedikit dari kemenangan yang diraih di Perang Badr, terjadi kesalahan fatal yang dilakukan para pemanah, sehingga bisa membalik keadaan secara total dan akhirnya menimbulkan kerugian yang amat banyak bagi pasukan Muslimin, bahkan hampir saja menyebabkan kematian bagi Nabi Shallullahu Alaihi wa Sallam.
Kejadian ini membiaskan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi ketenaran dan kehebatan mereka setelah meraih kemenangan di Badr. Telah kami utarakan teks perintah Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam yang sangat keras terhadap para pemanah itu, agar mereka tetap berada di atas bukit, dalam keadaan kalah maupun menang. Sekalipun sudah ada perintah yang sangat tegas ini, tatkala pasukan pemanah melihat orang-orang Muslim sudah mengumpulkan harta rampasan dari pihak musuh, mereka pun dikuasai egoisme kecintaan terhadap duniawi.
Mereka saling berkata, "Harta rampasan, harta rampasan ... ! rekan-rekan kalian sudah menang. Apa lagi yang kalian tunggu?" Komandan mereka, Abdullah bin Jubair mengingatkan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada mereka, dengan berkata, Apakah kalian sudah lupa apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada kalian?" Tapi mayoritas di antara mereka tidak mempedulikan peringatan ini. mereka berkata, "Demi Allah, kami benar-benar akan bergabung dengan mereka agar kita mendapatkan bagian dari harta rampasan itu. "
Kemudian ada empat puluh orang yang meninggalkan pos di atas bukit, lalu mereka bergabung dengan pasukan inti untuk mengumpulkan harta rampasan. Dengan begitu punggung pasukan Muslimin menjadi kosong, tinggal Ibnu Jubair dan sembilan rekannya. Sepuluh orang ini tetap berada di tempat semula hingga ada perintah bagi mereka.[6]

25.Khalid bin AI-Walid Mengambil Jalan Memutar

Kesempatan emas ini dipergunakan Khalid bin AI-Walid. Dengan cepat dia mengambil jalan memutar, hingga tiba di belakang pasukan Muslimin. Tentu saja Abdullah bin Jubair dan sembilan rekannya tak mampu menghadapi kavaleri yang dikomandani Khalid bin AI-Walid. Setelah menghabisi Abdullah bin Jubair dan rekan-rekannya, Khalid bin AI-Walid menyerang pasukan Muslimin dari arah belakang dan anggotanya berteriak dengan suara yang nyaring, hingga orang-orang musyrik yang sudah hampir kalah bisa melihat babak baru dalam peperangan ini. Keadaan berbalik. Kini mereka bisa menguasai keadaan. Salah seorang wanita di antara mereka, Amrah binti Alqamah AI-Haritsiyah segera memungut bendera yang hanya tergeletak dan mengibar-ngibarkannya. Orang-orang musyrik menoleh ke arahnya lalu berkumpul di sekitarnya. Mereka saling memanggil hingga cukup banyak yang berkumpul di sana. Kemudian mereka mendekati pasukan Muslimin dan mengepung dari arah depan dan belakang hingga terjepit.

26.Sikap Rasulullah Yang Patriotik

Saat itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya bersama sekelompok kecil dari shahabat, sebanyak sembilan orang. Beliau melihat perjuangan mereka dalam menghalau orang-orang musyrik, karena kavaleri Khalid telah memporak-porandakan mereka. Kini di hadapan beliau hanya ada dua jalan, entah segera lari menyelamatkan diri bersama para shahabatnya yang hanya sembilan orang itu ke suatu tempat yang lebih aman, lalu membiarkan pasukannya yang lain terkepung entah bagaimana jadinya nanti, ataukah dia mengumpulkan kembali semua anggota pasukannya yang cerai berai agar kembali ke tempat beliau. lalu menggunakan mereka sebagai tameng untuk menyibak pasukan musuh hingga mencapai puncak Uhud? Di sini tampak kecerdikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan keberanian beliau dalam membaca keadaan. Dengan suara nyaring beliau berseru, "Wahai hamba-hamba Allah ... !" Beliau sadar sepenuhnya bahwa orang-orang musyrik akan mendengar ucapan beliau ini sebelum orang-orang Muslim yang cerai berai di tempat lain bisa mendengarnya. sehingga mereka bisa mengetahui posisi beliau. Beliau berseru seperti itu kepada mereka dengan mempertaruhkan diri dalam kondisi yang sangat kritis itu.

27.Pasukan Muslimin Tercerai – Berai

Saat pasukan Muslimin terjepit, banyak di antara mereka yang hilang kendalinya. Tidak ada yang dipikirkan kecuali keselamatan diri sendiri. Mereka lari dan meninggalkan kancah pertempuran. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di belakang mereka setelah itu. Bahkan di antara mereka ada yang kembali ke Madinah. Sebagian yang lain ada yang melarikan diri ke atas gunung dan sebagian lain ada yang berbaur dengan orang-orang musyrik. Dua pasukan saling bercampur baur dan sulit dibeda-bedakan, sehingga tak jarang orang Muslim ada yang menyerang orang Muslim lainnya .
AI-Bukhary meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, "Pada saat Perang Uhud, orang-orang musyrik sudah kalah telak. Lalu ada seorang iblis yang berseru, 'Hai hamba-hamba Allah, waspadailah orang-orang yang di belakang kalian!' Keadaan menjadi berbalik dan mereka menjadi campur aduk. Huzaifah segera menyadari hal ini. Dia yang bersama ayahnya, AI-Yaman, berteriak-teriak, "Hai hamba-hamba Allah, dia adalah ayahku!" Dia khawatir ayahnya menjadi korban salah sasaran. Namun tak ada orang yang menghalangi mereka, tatkala mereka membunuh ayahnya. Akhirnya Huzaifah hanya bisa berkata, "Semoga Allah mengampuni kalian. " ini terjadi saat berisan menjadi kacau balau, tercerai berai  dan keadaan menjadi hingar bingar. Mereka tidak tahu harus menghadap ke mana.

28.Isu Rasulullah Terbunuh

Selagi keadaan seperti itu, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak, "Muhammad telah terbunuh. " Mental orang-orang Muslim seketika itu menjadi anjlok dan semangat mereka menjadi hilang, atau tepatnya semangat itu hampir tak ada yang menyisa di dalam sanubari kebanyakan orang Muslim. Pertempuran terhenti dan banyak di antara mereka yang meletakkan senjata. Sebagian lain ada yang berpikir untuk berhubungan dengan Abdullah bin Ubay, pemimpin orang-orang munafik, dengan tujuan mencari' perlindungan dirinya dari serangan Abu Sufyan. Anas bin An-Nadhr melewati orang-orang Muslim yang telah meletakkan tangannya itu seraya bertanya, "Apa yang kalian tunggu?" Mereka menjawab, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terbunuh." "Apa yang kalian perbuat dengan kehidupan sepeninggalnya? Bangkitlah dan matilah seperti matinya Rasulullah," kata Anas. Lalu dia berkata lagi, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta ampunan kepada-Mu dari apa yang mereka (orang-orang Muslim) lakukan, dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang mereka (orang-orang musyrik) lakukan." Kemudian dia berpapasan dengan Sa'd bin Mu'adz, yang bertanya kepadanya, "Mau kemana wahai Abu Umar?" Anas menjawab, "Wah, di sana ada aroma surga wahai Sa'd. Aku bisa mencium baunya dari arah Uhud." Setelah itu dia beranjak dan menyerbu pasukan musuh hingga meninggal dunia. Setelah peperangan berakhir, tak seorang pun mendapatkan jasadnya. Namun kemudian saudarinya bisa mengenalinya dari perawakan tubuhnya, yang ternyata di tubuhnya terdapat lebih dari delapan puluh luka, ada yang berupa sabetan pedang dan ada yang berupa hunjaman anak panah dan ada yang berupa rusukan tombak. Tsabit bin Ad-Dahdah berseru kepada kaumnya, "Wahai semua orang Anshar, kalau pun Muhammad benar-benar terbunuh, toh Allah hidup dan tidak mati.
Berperanglah atas nama agama kalian, karena Allah akan memenangkan dan menolong kalian." Maka beberapa orang Anshar bangkit bersamanya untuk menghadapi kavaleri Khalid bin Al-Walid. Mereka terus berperang hingga Tsabitbin Ad-Dahdah bisa dibunuh Khalid dengan tombak, dan akhirnya semua rekannya juga mati. Ada seorang Muhajir melewati salah seorang Anshar yang sedang berlumuran darah. Dia bertanya, "Wahai Fulan, apakah engkau merasa bahwa Muhammad benar-benar telah terbunuh?" Orang Anshar itu menjawab, "Jika Muhammad telah terbunuh, berarti dia telah sampai ke surga. Maka berperanglah kalian atas nama agama kalian. Dengan keberanian, semangat dan sifat kesatria semacam ini, maka mental orang-orang Muslim kembali bangkit. Mereka segera membuang jauhjauh pikiran untuk menyerah atau berhubungan dengan Abdullah bin Ubay. Mereka memungut senjatanya kembali dan menghadang gelombang serangan pasukan Quraisy. Mereka yang tadinya bercerai berai itu berusaha menyibak jalan agar bisa sampai ke pusat komando. Bahkan mereka sudah mendengar bahwa kabar tentang terbunuhnya Muhammad adalah bohong semata. Hal ini semakin menambah kekuatan, sehingga mereka bisa memutar jalan dan berhimpun kembali dengan pusat komando, setelah berperang habis-habisan. Di sana ada kelompok ketiga yang pikiran mereka hanya tertuju kepada keselamatan diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka mundur dari front terdepan untuk melindungi beliau. Mereka ini dipimpin Abu Bakar Ash- Shiddiq, Umar bin Al-Khaththab, Ali bin Abu Thalib dan lain-lainnya yang tadinya berada di barisan paling depan. Mereka mundur karena merasa ada bahaya yang mengancam keselamatan diri beliau yang mulia.

29.Pertempuran Berkobar di Sekitar Rasulullah

Setelah berjalan dengan cara memutar, ada beberapa orang Muslim yang berada di samping kiri kanan pasukan Quraisy. Setelah itu peperangan lebih banyak berkobar di sekitar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Seperti yang sudah kami paparkan di atas, bahwa tatkala orang-orang musyrik mengambil jalan memutar, beliau hanya bersama sembilan orang Muslim. Tatkala beliau berseru, "Kemarilah! Aku adalah Rasul Allah", maka orang-orang musyrik mendengarnya dan mengetahui ke beradaan beliau. Seketika itu pula mereka memusatkan serangan ke arah beliau secara gencar sebelum anggota pasukan Islam yang lain bisa mencapai tempat beliau. Maka terjadilah pertempuran yang seru antara orang-orang musyrik dan sembilan orang Muslim itu.
Di sinilah tampak butirbutir kecintaan, kesetiaan, patriotisme dan keberanian. Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memencil bersama tujuh orang Anshar dan dua Muhajirin. Saat orang-orang Quraisy melancarkan serangan secara gencar, beliau bersabda, "Siapa pun yang melindungi kami, maka dia masuk surga atau dia akan menjadi pendampingku di surga." Maka ada salah seorang Anshar yang maju dan bertempur melawan sekian banyak orang-orang musyrik hingga dia terbunuh. Lalu disusul orang Anshar lainnya, sehingga mereka yang berjumlah tujuh orang terbunuh semuanya. Setelah itu beliau bersabda kepada dua rekannya dari Muhajirin, "Mereka tidak adil terhadap kita. " Orang terakhir dari tujuh Anshar yang mati adalah Umarah bin Yazid bin As-Sakan. Dia terus bertempur sekalipun banyak mendapat luka, hingga akhirnya dia jatuh terjerembab tak berdaya.

30.Saat Yang Paling Kritis dalam Kehidupan Rasulullah

Setelah jatuhnya Umarah bin As-Sakan, beliau tinggal bersama dua orang dari Muhajirin. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Abu Ulsman, dia berkata, "Pada saat peperangan itu, tidak ada yang bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam selain Thalhah bin Ubaidillah dan Sa' d bin Abu Waqqash. ltu merupakan saat yang paling kritis dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebaliknya merupakan kesempatan emas bagi orang-orang musyrik. Namun ternyata kesempatan ini tidak bisa mereka pergunakan dengan baik. Padahal sejak sebelumnya serangan mereka selalu terarah kepada diri beliau dan mereka sangat berambisi untuk membunuh beliau. Dalam kondisi yang sangat kritis itu Utbah bin Abu Waqqash melempar beliau dengan batu hingga mengenai lambung beliau dan gigi seri yang berdekatan dengan gigi taring yang kanan bagian bawah serta melukai bibir bawah beliau. Abdullah bin Syihab Az-Zuhry mendekati beliau dan memukul hingga melukai kening beliau. Datang pula seorang penunggang kuda yang beringas, yaitu Abdullah bin Qami'ah. Dia memukulkan pedang ke bahu beliau dengan pukulan yang keras, hingga beliau masih merasa kesakitan hingga lebih dari sebulan karena pukulan itu. Hanya saja pukulan itu tidak sampai menembus dan merusak baju besi yang beliau kenakan. Tak seberapa lama kemudian ada sekumpulan orang-orang Muslim yang berhimpun bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka dapat menyingkap pasukan Quraisy karena sepak terjang Umarah dan membuat mereka dekat dengan beliau. Dia memasang bantal di telapak kakinya, dan akhirnya dia meninggal dunia sementara pipinya berada di kaki Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Lalu dia memukul beliau pada bagian tulang pipi sekeras pukulan yang pertama, hingga ada dua keping lingkaran rantai topi besi yang lepas dan mengenai kening beliau. Abdullah bin Qami' ah berkata, "Ambillah barang itu untukmu. Aku adalah Ibnu Qami'ah." Sambil mengusap darah di kening, beliau bersabda, "Aqma 'akallah. " Yang artinya, semoga Allah menghinakan dirimu.  
Di dalamAsh-Shahih disebutkan, bahwa gigi seri yang dekat dengan gigi taring beliau pecah, kepala beliau terluka. Sambil mengusap darah yang mengalir dari lukanya, beliau bersabda, "Bagaimana mungkin suatu kaum mendapat keberuntungan jika mereka melukai wajah Rasulnya dan memecahkan gigi serinya, padahal dia mendoakan mereka kepada Allah? Lalu Allah menurunkan ayat,
} لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظالِمُونَ
tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu  atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. ( QS 3: 128)

Dalam riwayat Ath- Thabrany disebutkan, beliau bersabda saat itu. " Amat besar kemarahan Allah terhadap suatu kaum yang membuat wajah Rasul-Nya berdarah." Setelah diam sejenak beliau bersabda lagi,
"'ya Allah, ampunilah  kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. "
Begitu pula yang disebutkan dalam Shahih Muslim, beliau bersabda. "Ya Rabbi, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. "
Di dalam Asy-SyiFa, karangan Al-Qadhy Iyadh, beliau bersabda. "Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. " Tidak dapat diragukan bahwa orang-orang musyrik bermaksud hendak membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hanya saja dua orang shahabat yang menyertai beliau, Sa'd bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah berjuang dengan segenap keberanian dan pahlawanan yang jarang ditemui. Mereka berdua, sekalipun hanya berdua di sisi beliau tidak memberi kesempatan kepada orang-orang Musyrik untuk mewujudkan maksudnya. Mereka berdua yang memang dikenal sebagai para pemanah yang ulung di jazirah Arab, terus-menerus melepaskan anak panah, sehingga bisa menghalau orang-orang musyrik agar menjauh dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau membantu mengeluarkan anak panah dari tahungnya lalu diserahkan kepada Sa'd bin Abi Waqqash, seraya bersabda, "Panahlah terus demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu."
Hal ini menunjukkan seberapa jauh sepak terjang Sa'd, sehingga beliau tidak Pernah menghimpun ayah dan ibunya sebagai tebusan selain kepada Sa'd. Sedangkan tentang Thalhah bin Ubaidillah, An-Nasa'y telah meriwayatkan dari Jabir tentang kisah orang-orang musyrik yang mengepung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang hanya disertai beberapa orang Anshar.  Jabir menuturkan, "Lalu orang-orang musyrik tahu posisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Karena itu beliau bersabda, 'Bagian siapakah orang-orang itu?" "Bagianku, " jawab Thalhah. Kemudian Jabir menuturkan sepak terjang orang-orang Anshar dan bagaimana mereka mati satu demi satu seperti yang diriwayatkan Muslim di atas. Setelah semua Anshar terbunuh, Thalhah maju dan bertempur nenghadapi sebelas orang  hingga jari-jari tangannya putus.
Dia berkata, "Rasakan kamu!" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyahut, "Andaikata engkau berucap, “Bismillah” , tentu para malaikat akan mengangkat dirimu dan orangorang bisa melihatmu." Kemudian Allah membuat orang-orang musyrik itu mundur. Disebutkan di dalam riwayat AI-Hakim, bahwa dia mendapat tiga puluh sembilan atau tiga puluh lima luka pada Perang Uhud dan jari-jari tangannya putus. AI-Bukhary meriwayatkan dari Qais bin Abu Hazim, dia berkata, "'Kulihat jari-jari tangan Thalhah terpotong, karena dia melindungi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Perang Uhud. " At-Tirmidzy meriwayatkan bahwa saat itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang diri Thalhah, "Barangsiapa ingin melihat orang mati syahid yang berjalan di muka bumi, maka hendaklah dia melihat Thalhah bin Ubaidillah." Abu Daud Ath- Thayalisy meriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, "'Jika Abu Bakar mengingat Perang Uhud, maka dia berkata, 'Hari itu semuanya milik Thalhah'." Dia juga berkata, "Wahai Thalhah bin Ubaidillah sudah selayaknya jika engkau mendapat surga dan duduk di atas kristal-kristal mutiara yang indah. " Pada saat yang sangat kritis itu Allah menurunkan pertolongan secara gaib. Di dalam Ash-Shahihain dari Sa'd, dia berkata, "Kulihal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada Perang Uhud bersama dua orang yang bertempur dengan gigih, mengenakan pakaian bewarna putih. Dua orang itu tidak Pernah kulihat sebelum maupun sesudah itu." Dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa dua orang itu adalah malaikat Jibril dan Mika'il.

31.Para Shahabat Mulai Berkumpul di Sekitar Rasulullah

Semua peristiwa ini berjalan dengan cepat. Jika tidak, orang-orang Muslim pilihan yang bertempur di front terdepan saat berlangsungnya pertempuran, hampir tidak tahu-menahu perkembangan situasi demi situasi. Saat mendengar suara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. mereka segera menghampiri beliau, agar tidak ada sesuatu yang tidak diinginkan menimpa beliau.
Namun saat mereka tiba, beliau sudah sudah dapatkan luka-luka tersebut, enam orang Anshar sudah terbunuh, orang yang ketujuh sudah tak mampu berbuat apa-apa karena banyaknya luka dan Sa'd serta Thalhah bertempur mati-matian. Setelah tiba, mereka berdiri di sekitar beliau menjadikan badan dan senjata mereka sebagai pagar. Dengan begitu mereka bisa melindungi beliau dari serbuan musuh dan bahkan bisa membalas serangan mereka. Orang yang pertama kali tiba di dekat beliau adalah rekan beliau di gua, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam Shahih-nya, dari Aisyah. dia berkata, "Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, 'Pada waktu Perang Uhud semua orang hendak menghampiri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Aku adalah orang yang pertama kali menghampiri beliau. Kulihat di hadapan beliau ada seseorang yang bertempur menjaga dan melindungi beliau. Aku berkata, 'Panahlah terus wahai Thalhah, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, panahlah terus wahai Thalhah, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu' . Aku tidak begitu bisa melihat sosok Abu Ubaidah, karena dia bertempur seperti seekor buruhg, hingga akhirnya aku bisa mendekatinya. Lalu kami bersama-sama mendekati Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. yang ternyata saat itu Thalhah sudah tersungkur di tanah di hadapan beliau... Beliau bersabda, "Biarkan saja saudaramu, toh dia sudah berada di surga ..•.
Saat itu beliau terkena lemparan anak panah pada bagian tulang pipinya hingga melepaskan dua keping lingkaran topi besinya yang ada di bagian itu. Aku mendekati beliau untuk mencopot dua keping rantai topi besi di kepala beliau. Abu Ubaidah berkata, "Demi Allah, aku memohon kepadamu wahai Abu Bakar, biarlah kutangani sendiri. " Abu Bakar menuturkan berikutnya, Abu Ubaidah menggigit kepingan rantai topi besi dengan giginya karena khawatir akan menyakiti Rulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam, lalu melepasnya, hingga gigi seri Abu Ubaidah menjadi goyah.
Kemudian aku hendak mencopot potonganang satunya lagi. Namun Abu Ubaidah berkata, "Demi Allah, aku mohon kepadamu wahai Abu Bakar, biarlah kutangani sendiri! Maka Abu Ubaidah berbuat seperti yang pertama hingga dapat melepaskan potongan yang kedua. Akibatnya gigi serinya yang lain ikut goyah.  Lalu kami menghampiri Thalhah untuk mengurusinya. Ternyata dia mendapat luka lebih dari sepuluh luka. Tak seberapa lama setelah melewati saat-saat yang sangat kritis ini, ada beberapa shahabat yang sudah berhimpun di sekitar beliau, seperti Abu Dujanah, Mush'ab bin Umair, Ali bin Abu Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan, ayah Abu Sa'id Al-Khudry, Ummu Ammarah Nasibah binti Ka'b Al-Maziniyah, Qatadah bin An-Nu'man, Umar bin AI Khaththab, Hathib bin Abu Balta'ah dan Abu Thalhah.

32.Orang-orang Musyrik Semakin Melipatkan Tekanan

Dalam setiap peperangan, jumlah orang-orang Quraisy pasti lebih besar sekian kali lipat. Maka tidak heran jika mereka juga melancarkan serangan yang lebih gencar dan menekan orang-orang Muslim. Pada saat berjalan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terperosok ke dalam  Lubang yang sengaja dibuat Abu Amir Si Fasik. Ali segera meraih tangan eliau, lalu Thalhah bin Ubaidillah merangkulnya hingga beliau bisa berdiri lagi. Nafi' bin Jubair berkata, "Aku mendengar ada seseorang dari Muhajirin berkata, ' Aku ikut dalam Perang Uhud. Kulihat bagaimana anak panah melesat dari segala arah, tertuju kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Namun semua anak panah itu sama sekali tidak nengenai beliau. Kulihat Abdullah bin Syihab Az-Zuhry berkata saat itu, Tunjukkan kepadaku di mana Muhammad. Aku tidak akan selamat jika dia masih selamat'. Padahal saat itu beliau ada di dekatnya, tak ada seorang pun di sisi beliau. Bahkan kemudian dia melewati beliau. Setelah itu shafwan mengolok-oloknya. Namun dia menjawab, "Demi Allah, aku tidak bisa melihatnya. Aku berani sumpah demi Allah, pasti ada yang menghalangi pandangan kami."

33.Patriotisme Yang Tak Tertandingi

Orang-orang Muslim bangkit dengan patriotisme dan pengorbanan yang jarang terjadi seperti itu dan bahkan tidak Pernah ada tandingannya Ialam sejarah. Abu Thalhah menjadikan dirinya sebagaipagar di hadapan tasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia membusungkan dadanya nenerima hujaman anak panah yang dilontarkan musuh karena hendak melindungi beliau.
Anas berkata, "Pada saat Perang Uhud, musuh memusatkan serangan terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara All Thalhah berada di hadapan beliau melindungi diri dengan tamengnya. Dia adalah seorang pemanah ulung yang jarang meleset bidikannya. Saat itu dia sampai mematahkan dua atau tiga busur. Ada satu orang lagi yang bersamanya sambil memegangi kantong anak panah. Dia berkata "Sediakan anak panah yang banyak bagi Abu Thalhah!" sementara' Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam terus mengawasi dengan seksama melihat ke arah musuh. Abu Thalhah berkata, "Demi ayah dan ibu engkau tidak perlu mengawasi seperti itu karena takut terkena anak panah mereka. Leherku akan melindungi leher engkau. " Juga diriwayatkan dari Anas, dia berkata, "Abu Thalhah mengunakan satu tameng bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang ulung. Jika dia melepaskan anak panah, maka beliau terus mengawasi anak panah itu hingga mengenai sasarannya.” Abu Dujanah berdiri di hadapan Rasulullah Shallallahu Alai~ Sallam menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk melindungi beliau Sekalipun beberapa anak panah mengenai punggungnya, dia sama sekali tidak bergeming. Hathib bin Abu Balta'ah mengejar Utbah bin Abi Waqqash yang telah memecahkan gigi seri beliau yang mulia. Setelah dekat dia menyabetkan pedangnya hingga bisa memenggal kepala Utbah. Kemudian mengambil kuda dan pedangnya. Padahal Sa'd bin Abi Waqqash berambisi dapat membunuh saudara kandungnya sendiri itu, Utbah bin Abi Waqqash. Tapi tampaknya dia tidak beruntung, karena yang membunuhnya adalah Hathib. Sementara Sahl bin Hanif, salah seorang pemanah ulung. berjanji kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, siap untuk mati. Maka dia bangkit menerjang barisan orang-orang musyrik.I Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga ikut andil melepaskan anak panah sendiri. Dari Qatadah bin An-Nu'man, bahwa Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam melepaskan anak panah dari busurnya dua ujungnya patah. Lalu Qatadah bin An-Nu'man mengambil dan menyimpannya. Pada saat itu mata Qatadah juga terkena anak panah hingga ke tulang pipinya. Lalu beliau menyembuhkannya hingga kembali semula dan justru lebih baik dari matanya yang sebelah. Abdurrahman bin Auf bertempur dengan hebat hingga gigi serinya pecah dan mendapat dua puluh luka atau lebih di sekujur tubuhnya Sebagian ada yang mengenai kakinya hingga jalannya menjadi pincang. Malik bin Sinan, ayah Abu Sa'id AI-Khudry menghisap darah yang mengucur dari gigi seri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga bersih. Beliau bersabda, "Muntahkanlah!"
Namun Malik menjawab, "Demi Allah, sekali-kali aku tidak akan memuntahkannya." Kemudian dia bangkit dan bertempur. Lalu beliau bersabda, "Barangsiapa ingin melihat salah seorang penghuni surga, maka hendaklah dia melihat orang ini." Dia terus bertempur hingga terbunuh sebagai syahid. Sekalipun wanita, Ummu Umarah juga ikut andil dalam pertempuran. Dia menghadang Ibnu Qami'ah di tengah kerumunan manusia, lalu memukulnya tepat mengenai bahunya dan menimbulkan luka yang meganga lebar. Dia menyusulinya dengan beberapa sabetan pedang lagi.
Namun karena Ibnu Qami'ah mengenakan baju besi, akhirnya dia bisa menyelamatkan diri. Ummu Umarah, terus bertempur hingga dia mendapat dua belas luka. Mush'ab bin Umair bertempur, dengan gencar, melindungi Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam dari serbuan Ibnu Qami'ah dan rekan-rekannya. Sementara bendera perang ada di tangan kanannya. Mereka dapat menyabetkan pedang ke tangannya hingga putus. Lalu dia membawa bendera itu di tangan kirinya. Dia terus bertahan menghadapi serangan orang-orang kafir hingga mereka dapat menyabet tangan kirinya hingga putus. Lalu bendera itu ditelungkupkan di dada dan lehernya hingga dia terbunuh. Yang membunuhnya adalah Ibnu Qami'ah. Karena dia mengira Mush'ab adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka dia langsung berbalik ke arah orang-orang musyrik setelah dapat membunuhnya, lalu berteriak, "Muhammad telah terbunuh[7]
34.Tersiarnya Kabar Kematian Rasulullah dan Pengaruhnya terhadap Peperangan

Tak seberapa lama setelah ada teriakan ini, maka seketika tersiarlah kabar kematian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam di kalangan orang-orang Muslim dan musyrik. Ini merupakan Faktor yang amat halus, namun nampu meluruhkan semangat para shahabat yang bertempur di sana dan yang posisinya jauh dari tempat beliau. Mental mereka langsung anjlok hingga barisan mereka menjadi guncang dan resah. Hanya saja teriakan itu justru menurunkan bobot serangan orang-orang musyrik, karena dengan begitu mereka mengira telah bisa mewujudkan tujuan yang paling pokok. Kebanyakan mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, membayangkan sekian hanyak orang-orang Muslim yang menjadi korban

35.Rasulullah Melanjutkan Pertempuran dan Menguasai Keadaan

Setelah Mush 'ab bin Umair terbunuh, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  menyerahkan bendera kepada Ali bin Abu Thalib, yang kemudian bertempur dengan hebat. Dengan heroisme dan semangat membara yang tak ada tandingannya, para shahabat yang masih ada di sana bertempur dan juga bertahan. Pada saat itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bisa menyibak jalan dan bergabung dengan pasukannya yang sebelumnya telah mengambil jalan memutar. Beliau menghampiri mereka. Yang pertama kali melihat kehadiran beliau adalah Ka'b bin Malik. Setelah melihat kehadiran beliau. dia berteriak, "Bergembiralah wahai semua orang Muslim. Inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam." Beliau segera memberi isyarat kepada Ka'b agar diam, dengan tujuan agar orang-orang musyrik tidak mengetahui posisi beliau.
Teriakan Ka'b tadi bisa didengar orang-orang Muslim. Maka mereka berkerumun di sekitar beliau, yang jumlahnya ada sekitar tiga puluh orang. Setelah berkumpul, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mundur secara teratur ke jalan di bukit bersama mereka dengan membuka jalan di antara orang-orang musyrik yang sedang melancarkan serangan. Bahkan serangan mereka semakin ditingkatkan untuk menghalangi pengunduran itu. Tapi mereka gagal menghalanginya karena harus berhadapan dengan kehebatan para singa Islam. Utsman bin Abdullah bin AI-Mughirah, salah seorang penunggang kuda dari pasukan musyrikin merangsek ke hadapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sambi lberkata, "Aku tidak selamat selagi dia masih selamat." Lalu beliau bangkit untuk menghadapinya. Hanya saja kuda Utsman bin Abdullah terpersosok ke sebuah lubang. AI-Harits bin Ash-Shimmah menghampiri Utsman dan membabat kakinya hingga terduduk. Kemudian dia meringkusnya dan melucuti senjatanya, lalu bermaksud membawanya ke hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Namun Abdullah bin Jabir mengejar Al- Harits dan menyabetkan pedang ke pundak AI-Harits hingga terluka.
Abu Dujanah, seorang prajurit yang cerdik  dengan sorban merah yang dia ikatkan di kepala menyerang Abdullah bin Jabir dan menyabetkan pedang ke arahnya hingga kepalanya terpenggal. Justru pada saat peperangan yang pahit itu, orang-orang Muslim dikuasai rasa kantuk sebagai suatu penentraman hati yang datangnya dari Allah, seperti yang disebutkan di dalam AI-Qur'an.
Abu Thalhah berkata   " Aku termasuk orang yang tak mampu membendung rasa kantuk saar Perang Uhud, hingga pedangku jatuh dari tangan beberapa kali. Pedang itu jatuh lalu kuambil, jatuh lagi lalu kuambillagi. " Dengan gambaran keberanian seperti itu, beliau dan para Sahabat yang bersamanya dapat mencapai jalan bukit dan memberi jalan bagi sisa-sisa pasukan yang lain untuk melewatinya hingga mencapai tempat yang aman Dengan begitu mereka bisa saling bertemu di bukit. Seperti apa pun kecerdikan Khalid bin AI-Walid masih kalah dengan kecerdikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

36.Terbunuhnya Ubay bin Khalaf

Ibnu Ishaq menuturkan, setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bisa berlindung di jalan bukit itu,Ubay bin Khalaf memergoki beliau, seraya berkata, "Di mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih selamat. " Orang-orang bertanya, "Wahai Rasulullah, adakah seseorang di antara kita yang membuntuti di belakangnya?" "Biarkan saja, " jawab Rasulullah. Setelah dekat, beliau mengambil tombak pendek dari AL-Harits bin Ash- Shimmah.
Setelah tombak berada di tangan, beliau mengibas-ngibaskannya sehingga lalat-lalat yang hinggap di punggung onta pun beterbangan. Kemudian beliau memapasi Ubay dan melihat tulang selangkanya di balik celah antara baju besi dan topi besi. Beliau memukulkan tombak ke tulang selangka Ubay itu hingga beberapa kali dia limbung dari punggung kudanya. Saat dia kembali ke Makkah, luka di tulang selangkanya menjadi bengkak, sekalipun Sebenarnya luka itu hanya luka keci!. Melihat luka yang semakin membengkak itu, dia berkata, "Demi Allah, Muhammad telah membunuhku. " Orang-orang berkata kepadanya, "Demi Allah, rupanya jantungmu sudah copot. Demi Allah, engkau sudah tidak mempunyai kekuatan lagi." Ubay berkata, "Selagi masih di Makkah dulu dia Pernah berkata kepadaku, 'Aku akan membunuhmu'. Demi Allah, andaikan dia meludahiku, maka ludahnya itu pun sudah bisa membunuhku.
Akhirnya musuh Allah ini mati di Sarif, selagi orang-orang Quraisy pulang bersamanya ke Makkah. Dalam riwayat Abul-Aswad dari Urwah disebutkan bahwa Ubay melenguh seperti sapi yang sedang melenguh, seraya berkata, "Demi yang diriku ada di tangan-Nya, andaikata yang terjadi pada diriku ini adalah para penduduk Dzil-Majaz, tentulah mereka akan mati semua.  
Pada saat mundur ke jalan bukit itu, mereka harus melewati gundukan pasir yang cukup tinggi. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berusaha mendaki gundukan itu, namun tidak bisa, sebab beliau mengenakan dua lapis baju besi, di samping luka yang cukup mengganggu gerakan beliau. Akhirnya Thalhah bin Ubaidillah jongkok di bawah, lalu beliau berdiri di atas Thalhah hingga dapat mendaki gundukan itu. Saat itu beliau bersabda, "Sudah seharusnya Thalhah masuk surga. "

37.Serangan Terakhir Yang Dilancarkan Orang-orang Musyrik

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan tempat sebagai pusat komanda di jalan bukit, maka orang-orang musyrik melancarkan serangan yang terakhir, sebagai upaya untuk menghabisi orang-orang Muslim. Ibnu Ishaq menuturkan, selagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di jalan bukit, ada beberapa orang Quraisy yang mendaki bukit, di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Khalid bin Al-Walid. Beliau bersabda, "Ya Allah, tidak selayaknya bagi mereka untuk mengungguli kita. " Kemudian Umar bin AL-Khaththab bersama beberapa orang Muhajirin menyerang mereka, hingga mereka turun dari atas bukit. Sewaktu peperangan AL-Umawy, orang-orang musyrik juga Pernah naik ke atas bukit. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Sa'd, "Buatlah mereka ketakutan." "Bagaimana hanya dengan sendirian aku bisa membuat mereka ketakutan?" tanya Sa'd. Namun beliau tetap bersabda seperti itu hingga tiga kali. Akhirnya Sa'd mengambil sebatang anak panah dari tahungnya, lalu membidikkannya ke tubuh salah seorang musyrik hingga dapat membunuhnya. Sa'd menuturkan, "Lalu anak panah itu kuambil lagi dan kubidikkan kepada seseorang yang lain hingga dapat membunuhnya. Kemudian anak panah itu kuambil lagi dan kubidikkan kepada seseorang yang lain lagi hingga dapat membunuhnya. Akhirnya mereka semua turun dari atas bukit. Kukatakan, "Ini adalah anak panah yang penuh barakah." Lalu aku memasukkannya ke dalam tahungnya. " Anak panah itu tetap disimpan Sa'd hingga saat dia meninggal dunia dan setelah itu disimpan anak keturunannya.

38.Para Syuhada Dicincang

Ini merupakan serangan terakhir yang dilancarkan orang-orang Quraisy terhadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setelah mereka tidak tahu sama sekali kemana beliau pergi dan setengah yakin telah dapat membunuh beliau, maka mereka kembali lagi ke markas pasukan, kemudian bersiap-siap untuk kembali ke Makkah. Di antara mereka ada yang 'masih berkutat dengan kesibukannya, seperti yang dilakukan para wanita Quraisy yang terus mencaricari orang-orang Muslim yang terbunuh. Mereka ada yang memotong telinganya, hidungnya, kemaluannya, mencabik-cabik perutnya. Sementara Hindun binti Utbah mengambil jantung Hamzah lalu mengunyah-ngunyahnya. Karena dia tidak bisa menelannya maka kunyahannya dimuntahkan lagi. Dia juga memotong telinga dan hidung Hamzah lalu menjadikannya sebagai gelang kaki dan kalung.
Seberapa Jauh Kesiapan Para Pahlawan Muslimin untuk Berperang Hingga Titik Penghabisan? Pada detik-detik terakhir ini ada dua peristiwa yang menunjukkan seberapa jauh kesiapan para pahlawan Muslim untuk terus berperang dan berapa jauh keteguhan hati mereka di jalan Allah. Inilah dua peristiwa sebut:
1.      Ka'b bin Malik menuturkan, "Aku termasuk orang-orang yang bergabung dalam peperangan. Setelah kulihat tindakan orang-orang musyrik terhadap tubuh orang-orang Muslim yang terbunuh, maka aku pun berlalu ke sana untuk mengintip. Kulihat ada seorang musyrik yang mengumpulkan baju-baju besi yang di dalamnya masih ada jasad orang-orang Muslim seraya berkata, "Kumpulkanlah sebagaimana kalian mengumpulkan. Kambing- Kambing yang sudah disembelih.
Ternyata ada seorang Muslim yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi sambil mengenakan baju besinya. Aku berjalan mendekat di belakangnya dan telah kuperkirakan jarak antara diriku dan orang Muslim serta orang musyrik itu hingga semuanya dapat kulihat dengan jelas. Ternyata orang musyrik lebih lengkap dan lebih baik keadaannya. Aku terus mengawasi keduanya hingga mereka saling berhadapan. Lalu orang Muslim memukul orang musyrik hingga terputus menjadi dua bagian. Orang Muslim itu menampakkan wajahnya dan bertanya kepadaku, "Bagaimana menurut pendapatmu wahai Ka'b? Aku adalah Abu Dujanah .
2.      Ada beberapa wanita Mukminah yang datang ke medan peperangan setelah pertempuran usai. Anas menuturkan, "Kulihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim menyingsingkan gaunnya hingga terlihat gelang kakinya, sambil menggendong geriba tempat air di punggung. Mereka berdua memberi minum kepada orang-orang lalu kembali mundur ke belakang untuk memenuhi geribanya, lalu maju lagi untuk memberi minum. Umar berkata, "Ummu Sulaim memberikan geriba kepada kami pada waktu Perang Uhud." Di antara para wanita itu juga ada Ummu Aiman. Saat dia melihat orang-orang Muslim lari kocar-kacir dan bahkan sebagian di antara mereka ada yang hendak kembali ke Madinah, maka seketika itu dia menaburkan debu ke wajah mereka. Dia berkata kepada mereka, "Jalankan saja alat penggiling dan berikan padaku pedangmu. " Setelah itu dia segera pergi ke kancah peperangan, memberi minum kepada orang-orang yang terluka. Bahkan dia juga sempat membidikkan anak panah mengenai Hibban bin Al-Ariqah. Sekalipun anak panah itu mengenai sasaran, tapi mental karena mengenai baju besi. Musuh Allah itu pun tertawa terbahak-bahak karenanya. Hal ini membuat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak senang. Beliau menyerahkan sebuah anak panah tanpa ada matanya kepada Sa'd bin Abi Waqqash, lalu Sa'd membidikkannya ke arah Hibban dan tepat mengenai sasaran pada tengkuknya, hingga membuatnya terjengkang ke tanah. Beliau tersenyum hingga terlihat gigi gerahamnya. Saat itu beliau bersabda, "Sa'd telah melecehkan Hibban untuk Ummu Aiman. Allah telah memenuhi doanya. "

39.Setiba di Jalan Bukit

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di jalan bukit, Ali bin Abu Thalib pergi. Tak seberapa lama kemudian dia kembali lagi sambil membawa perisai dari kulit yang sudah dipenuhi air yang di ambil dari mata air Al-Mihras.
Dia menghampiri beliau dan menyuruh untuk meminumnya, Namun beliau mencium bau yang tidak sedap, sehingga tidak jadi meminumnya , Air itu beliau pergunakan untuk membasuh darah di muka beliau dan mengguyurkannya ke kepala, sambil bersabda, "Allah amat murka terhadap orang yang membuat wajah Nabi-Nya berdarah. " Sahl berkata, "Demi Allah, aku benar-benar tahu siapa yang membasuh luka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, siapa yang menuangkan air dan dengan apa mengobati. Fathimah, putri beliau yang membasuh dan Ali bin Abu Thalib yang menuangkan air. Tatkala Fathimah melihat bahwa basuhan air itu justru membuat darah beliau semakin mengalir banyak, maka dia menyobek sepotong tikar lalu membakamya dan menempelkannya di luka beliau, hingga darahnya berhenti." Muhammad bin Maslamah datang sambil membawa air yang segar. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam meminumnya dan mendoakan kebaikan baginya. Beliau shalat zhuhur di tempat itu sambil duduk karena lukanya, sedangkan orang-orang Muslim makmum di belakang beliau juga sambil duduk.

40.Kegembiraan Abu Sufyan Seusai Perang dan Dialognya dengan Umar.

Setelah persiapan orang-orang musyrik untuk pulang ke Makkah sudah rampung, Abu Sufyan naik ke atas bukit lalu berseru, "Apakah di tengah kalian ada Muhammad?" Tak seorang pun yang menjawab. Lalu dia berseru lagi, "Apakah di tengah kalian ada Ibnu Quhafah?" Maksudnya adalah Abu Bakar AshShiddiq.
Tak seorang pun yang menjawab. Lalu dia berseru lagi, "Apakah di tengah kalian ada Umar bin Al-Khaththab?" Tak seorang pun yang menjawab, karena memang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangnya. Abu Sufyan hanya menanyakan tiga orang ini, karena dia dan kaumnya menganggap mereka inilah yang menjadi sendi tegaknya Islam. Abu Sufyan berkata lagi, "Cukuplah bagi kalian orang-orang itu." Umar yang mendengar ucapan Abu Sufyan ini tidak mampu menahan diri. Dia pun berteriak, "Wahai musuh Allah, orang-orang yang engkau sebutkan itu masih segar bugar, dan justru Allah mengekalkan apa yang membuatmu sial." Abu Sufyan menimpali, "Nyatanya di antara kalian banyak yang mati dan aku tidak mengurusnya. Engkau sendiri tidak bisa mencelakakan aku." Kemudian dia berkata lagi, "Junjunglah Hubal.  
"Mengapa kalian tidak menjawabnya," tanya Rasulullah. "Apa yang harus kami katakan?" Mereka ganti bertanya kepada beliau. Beliau menjawab, "Jawablah, 'Allah lebih tinggi dan Iebih agung'. " Abu Sufyan berseru Iagi, "Kami mempunyai Uzza dan kalian tidak memilikinya. " "Mengapa kalian tidak menjawabnya?" tanya Rasulullah kepada para shahabat. "Apa yang harus kami katakan?" Mereka ganti bertanya. Beliau menjawab, "JawabIah, 'Allah adalah penolong kami dan kalian tidak mempunyai seorang penolong pun. " Abu Sufyan berseru Iagi, "Kalau sudi naiklah engkau ke sini. Perang ini sudah bisa membalaskan Perang Badr. Peperangan sudah imbang." Umar menjawab, "Tidak sama. Orang-orang kami yang terbunuh berada di surga, sedangkan orang-orang kalian yang terbunuh ada di neraka. " Kemudian Abu Sufyan berkata, "Wahai Umar, kemarilah!
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Hampirilah dia, lihat apa maunya!" Maka Umar menghampiri Abu Sufyan. Setelah mendekat, Abu Sufyan bertanya, "Demi Allah aku memohon kepadamu wahai Umar, apakah kami benar-benar telah membunuh Muhammad?" "Demi Allah, sama sekali tidak," jawab Umar, "beliau pun bisa mendengar perkataanmu saat ini. " Abu Sufyan berkata, "Bagiku engkau lebih jujur dan lebih baik daripada Ibnu Qami'ah." Karena Ibnu Qami'ahlah yang berteriak saat pertempuran sedang berkecamuk, bahwa dia telah membunuh beliau. Ibnu Ishaq menuturkan, setelah Abu Sufyan dan orang-orang yang bersamanya berbalik untuk kembali ke Makkah, dia berseru, "Tempat yang telah disepakati pada tahun depan adalah Badr. " Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada salah seorang di antara shahabat, "Jawablah, 'Ya. Di sanakah tempat yang telah disepakati antara kami dan kamu' .
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abu Thalib, seraya bersabda, "Pergilah dan buntutilah mereka. Lihatlah apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka kehendaki. Jika mereka mengikat kuda dan menaiki ontanya, berarti mereka pergi menuju Makkah. Namun jika mereka menaiki kuda dan mengikat ontanya, berarti mereka hendak menuju Madinah. Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, jika mereka menghendaki yang demikian itu, maka aku benar-benar akan menghadapi mereka di sana dan menggempur mereka. " Ali menuturkan, "Lalu aku membuntuti mereka untuk melihat apa yang mereka kerjakan. Ternyata mereka mengikat kuda dan menaiki onta. Mereka pergi menuju Makkah. "

41.Mencari Orang-orang Yang Terbunuh dan Terluka

Mereka memeriksa dan mencari orang-orang yang terluka dan terbunuh setelah orang-orang Quraisy pulang. Zaid bin Tsabit berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutusku agar mencari Sa'd bin Ar-Rabi'. Beliau bersabda, "Jika engkau sudah menemukannya, sampaikan salamku kepadanya. Katakan juga kepadanya, 'Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepadamu, 'Bagaimana yang engkau rasakan?'" Zaid bin Tsabit menuturkan, "Kemudian aku berputar-putar di antara orang-orang yang terbunuh, hingga aku menemukannya dengan sebuah tombak terakhir yang mengenainya. Sementara di sekuiur tubuhnya  ada tujuh puluh luka, entah karena sabetan pedang, hunjaman anak panah atau pun tikaman tombak. "Wahai Sa'd, " kataku, "sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. menyampaikan salam kepadamu dan bersabda kepadamu, 'Sampaikan kepadaku bagaimana yang engkau rasakan?'" Sa'd bertanya, "Jadi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan salam kepadaku? Sampaikan kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, aku mencium bau surga. Katakan pula kepada kaumku Anshar, .'Kalian tidak perlu lagi mencari alasan di sisi Allah jika memang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah selamat dan ada mata yang melihatnya Setelah itu dia langsung menghembuskan napasnya yang terakhir.
Di antara orang-orang yang terluka itu mereka juga menemukan Al- Ushairim dari Bani Abdul-Asyhal Amr bin Tsabit. Di badannya masih terhunjam tombak kecil. Sebelum itu mereka menawarinya agar masuk Islam, namun Al-Ushairim menolaknya. "Bukankah ini Al-Ushairim? Apa yang telah dilakukannya?" Mereka bertanya-tanya, "saat kami meninggalkannya, dia masih menolak perintah kami. `Kemudian mereka bertanya kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan? Apakah karena engkau merasa kasihan kepada kaummu ataukah karena kecintaan kepada Islam?" Al-Ushairim menjawab, "Karena kecintaan kepada Islam. Aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian aku berperang bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga aku mendapat musibah seperti yang kalian lihat saat ini. " Setelah itu dia meninggal dunia. Mereka mengabarkan kejadian ini kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lalu beliau bersabda, "Dia termasuk penghuni surga. " Abu Hurairah berkata  "Padahal sekali pun Al-Ushairim belum Pernah shalat kepada Allah.
Di antara orang-orang yang terluka itu mereka juga menemukan Quzman, yang bertempur dengan hebat lazimnya seorang pahlawan perang. Dia bisa membunuh tujuh atau delapan orang musyrik dengan tangannya sendiri. Mereka mendapatkannya menahan rasa sakit karena luka yang dideritanya. Lalu mereka membawanya ke perkampungan Bani Zhafr. Oran-gorang Muslim berusaha menghiburnya. Namun dia menjawab, "Demi Allah, aku ikut berperang hanya karena pertimbangan kaumku,Kalau tidak karena itu, aku tak kan sudi berperang."
Karena merasa tidak tahan lagi dengan sakit yang dideritanya, maka dia pun bunuh diri. Setelah mendengar kabarnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika dia berkata seperti itu, maka dia termasuk penghuni neraka. Begitulah akhir perjalanan orang-orang yang berperang karena membela kesukuannya ataukah karena berjuang untuk meninggikan kalimat Allah, sekalipun mereka berperang di bawah bendera Islam dan bergabung bersama pasukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat. Sebaliknya, di antara orang-orang yang terbunuh terdapat seorang Yahudi dari Bani Tsa'labah. Namanya Mukhairiq. Saat Perang Uhud itu dia berkata kepada kaumnya, "Wahai semua orang Yahudi, demi Allah, kalian sudah tahu bahwa membantu Muhammad saat ini merupakan kewajiban bagi kalian. " Mereka berkata, "Hari ini adalah hari Sabtu." Hari Sabtu adalah hari besar dan suci bagi orang-orang Yahudi. Pada hari ini mereka tidak diperkenankan berperang. "Tidak ada hari Sabtu bagi kalian, " jawabnya. Lalu dia mengambil pedang dan segala perlengkapan, seraya berkata, "Kalau pun aku mendapat celaka, aku tak peduli dengan diri Muhammad. Biarkan dia berbuat semaunya dalam peperangan ini." Kemudian dia pergi ke medan perang dan bertempur hingga terbunuh. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang dirinya,

42.Menghimpun Jasad Para Syuhada dan Menguburkannya

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghampiri orang-orang yang terbunuh sebagai syuhada dan bersabda, "Aku menjadi saksi atas mereka, bahwa tidaklah ada yang terluka karena Allah melainkan Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat, lukanya berdarah, warnanya warna darah namun baunya adalah bau minyak kesturi. " Sebagian shahabat ada yang sudah membawa para korban yang terbunuh ke Madinah. Lalu beliau memerintahkan agar mengembalikan para korban itu ke Uhud dan menguburkannya di tempat masing-masing menemui ajalnya, tanpa dimandikan. Jasad mereka dikuburkan beserta pakaian yang melekat di badan setelah melepas bahan-bahan pakaian dari besi dan kulit. Satu lubang diisi dua atau tiga jasad, dan setiap dua orang dibungkus dengan satu lembar kain. "Siapakah yang lebih banyak hapal AI-Qur'an'!" tanya beliau
Setelah mereka menunjuk seseorang yang dimaksudkan, maka orang itulah yang lebih dahulu dimasukkan ke dalam liang lahat, dan beliau bersabda, "Aku menjadi saksi atas mereka pada hari kiamat” Jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr bin AI-Jamuh dihimpun dalam satu liang, karena seperti diketahui keduanya saling mencintai.
Mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air di sana. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan para shahabat bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?" Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat berangkat perang. Dari kejadian ini dia mendapat julukan Ghasilul-Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).   Setelah melihat keadaan Hamzah, paman dan saudara sesusuan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam amat berduka. Tatkala bibi beliau, Shafiyah hendak melihat jasad saudaranya, Hamzah, maka beliau memerintahkan anaknya, Az-Zubair untuk mengalihkannya agar tidak melihat apa yang menimpa jasad Hamzah. "Ada apa memangnya?" tanya Shafiyah, "kudengar saudaraku itu banyak mendapat luka, dan itu terjadi karena Allah. Kami ridha sekalipun keadaan sedemikian rupa. Aku akan tabah dan sabar insya Allah." Lalu dia mendekati jasad Hamzah, memandanginya lalu berdoa baginya. Setelah itu dia mundur dan memohon ampunan baginya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar jasad Hamzah dikubur satu liang dengan jasad Abdullah bin Jahsy, keponakannya dan saudaranya sesusuan. Ibnu Mas'ud berkata,'Kami tidak Pernah melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam keadaan menangis lebih sesenggukan daripada tangisnya atas Hamzah bin Abdul-Muththalib. Beliau memeluknya, kemudian berdiri di sampingnya. Beliau menangis lagi hingga terisakisak. " Pemandangan para syuhada benar-benar sangat mengenaskan dan membuat hati terasa teriris-iris. Khabbab berkata, "Tidak ada kafan bagi Hamzah selain selembar mantel yang berwarna putih bercampur hitam. Jika mantel itu ditarik ke bagian kepala, maka kakinya menyembul, dan jika ditarik ke bagian kaki, maka kepalanya yang menyembul. Akhirnya mantel itu ditarik menutupi kepala dan kakinya ditutupi dengan daun.
Abdurrahman bin Auf berkata, 'Mush'ab bin Umair terbunuh padahal dia lebih baik daripada aku, Dia dikafani dengan mantel. Jika bagian kepalanya yang ditutupi, maka kakinya menyembul. dan Jika kakinya yang ditutupi, maka kepalanya yang menyembul. Riwayat serupa juga berlaku bagi Khabbab. Dalam keadaan seperti ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada kami, "Tutupkanlah mantel itu ke bagian kepalanya dan tutupkan dedaunan ke bagian kakinya

43.Rasulullah Memanjatkan Puji dan Doa kepada Allah

Al-Imam Ahmad meriwayatkan tentang kejadian pada Perang Uhud setelah orang-orang musyrik kembali, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Berbarislah yang lurus Aku akan memuji Allah dan berdoa kepada- Nya." Maka mereka pun berjajar membuat beberapa shadi belakang beliau, lalu beliau membaca doa,
"Ya Allah, segaia puji bagi-Mu. Ya Allah, tidak ada yang bisa memungut apa yang Engkau hamparkan, tidak ada yang bisa menghamparkan apa yang Engkau pungut. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepada orang yang Engkau sesatkan dan tidak ada yang bisa memberi kesesatan kepada orang yang Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau tahan dan tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan. Tidak ada yang bisa mendekatkan apa yang Engkau jauhkan dan tidak ada yang bisa menjauhkan apa yang Engkau dekatkan. Ya Allah, hamparkanlah kepada kami dari barakah-Mu, rahmat-Mu, karunia-Mu dan rezki-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kenikmatan yang kekal kepada-Mu, yang tidak berubah dan habis. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pertolongan kepada-Mu saat Lemah dan keamanan pada saat ketakutan. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang Engkau berikan kepada kami dan kejahatan yang Engkau tahan dari kami. Ya Allah, buatlah kami mencintai iman dan buatiah iman itu bagus di daiam hati kami. Buatlah kami membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengikuti jaian kebenaran. Ya Allah, matikanlah kami dalam keadaan berserah diri dan hidupkanlah kami dalam keadaan berserah diri. Himpunlah kami bersama orang-orang shalih tanpa ada kehinaan dan bukan dalam keadaan mendapat cobaan. Ya Allah, musuhilah orang-orang kafir yang mendustakan rasul-rasul-Mu dan menghalangi manusia dari jalan-Mu. Berikanlah siksaan dan adzab- Mu terhadap mereka. Ya Allah, musuhilah orang-orang kafir yang telah diberi Al-Kitab, Engkau Ilah yang benar.

44.Kembali ke Madinah

Seusai mengubur para syuhada, berdoa kepada Allah dan pasrah kepada-Nya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kembali ke Madinah. Di sini terlihat butir-butir cinta dan kasih sayang dari para wanita Mukminah, seperti kecintaan yang ditampakkan orang-orang Mukmin di kancah peperangan.
Di tengah perjalanan beliau berpapasan dengan Hamnah binti Jahsy. Setelah kematian saudaranya dikabarkan kepadanya, dia berucap, "Inna lillahi .... " Lalu memohon ampunan baginya. Dia berbuat hal serupa tatkala dikabarkan kematian pamannya, Hamzah bin Abdul-Muththalib. Ketika dikabarkan kematian suaminya, Mush'ab bin Umair, maka dia menjerit dengan suara yang keras. Saat itu beliau bersabda, "Sesungguhnya suami wanita itu mempunyai tempat tersendiri di hatinya. "
Di tengah perjalanan beliau juga berpapasan dengan seorang wanita dari Bani Dinar, yang suami, saudara dan ayahnya terbunuh dalam Perang Uhud ini. Saat orang-orang memberitahukan kematian mereka, wanita ini justru bertanya, "Lalu apa yang terjadi pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?" "Beliau baik-baik saja wahai Ummu Fulan. Beliau membawa puji bagi Allah seperti yang engkau inginkan, " jawab mereka. "Tunjukkan kepadaku agar aku bisa melihat beliau," pintanya. Ketika wanita itu sudah melihat beliau., maka dia berkata, "Setiap musibah asal tidak menimpa engkau adalah keci!.
Lalu datang Ummu Sa'd bin Mu'adz sambil berlari-lari, sementara Sa'd sedang memegang tali kekang kuda beliau. Sa'd berkata, "Wahai Rasulullah, itu adalah ibuku. " "Selamat atas kedatangannya," sabda beliau. Lalu beliau berdiri untuk menyongsongnya. Setelah dia dekat, Amr bin Mu' adz anaknya yang lain berusaha menghibumya. Namun Ummu Sa'd berkata kepada Rasulullah, "Selagi kulihat engkau selamat, maka musibah yang menimpa kuanggap ringan. " Kemudian beliau berdoa untuk keluarga para korban Perang Uhud. Lalu beliau bersabda, "Wahai Ummu Sa'd, bergembiralah dan sampaikanlah kabar gembira kepada keluarga mereka, bahwa mereka yang terbunuh saling menyayangi di surga semuanya, dan mereka juga memintakan syafaat bagi keluarga mereka semua. " Ummu Sa'd berkata, "Kami ridha wahai Rasulullah. Siapakah yang masih ingin menangis setelah ini?" Lalu dia berkata lagi, "wahai Rasulullah, berdoalah bagi orang-orang yang menggantikan keluarga mereka. " Beliau bersabda, "Ya Allah, singkirkanlah duka hati mereka, gantilah yang hilang dan baguskanlah orang-orang yang menggantikan mereka."

45.Tiba di Madinah

Pada sore hari itu pula, Sabtu tanggal 7 Syawwal 3 H. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah. Setelah bertemu keluarganya, beliau menyerahkan pedang kepada putrinya, Fathimah, seraya bersabda, "Bersihkanlah darah di pedang ini wahai putriku. Demi Allah, ia telah memperlihatkan kehebatannya pada perang kali ini. " Ali bin Abu Thalib juga menyerahkan pedangnya kepada Fathimah seraya berkata, "Bersihkan pula darah di pedang ini. Demi Allah, ia telah memperlihatkan kehebatannya kepadaku pada perang kali ini."
Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika engkau telah memperlihatkan kehebatanmu dalam perang ini, maka Sahl bin Hunaif dan Abu Dujanah juga telah berbuat yang serupa bersamamu. ,,

46.Korban Yang Terbunuh di Kedua Belah Pihak

Beberapa riwayat telah sepakat menyebutkan bahwa korban yang mati di pihak orang-orang Muslim ada tujuh puluh orang, yang kebanyakan berasal dari kalangan Anshar, tepatnya sebanyak enam puluh lima orang. Dengan rincian, empat puluh satu dari Khazraj dan dua puluh empat dari Aus. Sementara dari kalangan Yahudi ada satu orang yang terbunuh.
Sedangkan dari kalangan Muhajirin hanya empat orang. Sedangkan korban yang terbunuh dari pihak orang-orang musyrik menurut Ibnu Ishaq ada dua puluh dua orang. Tetapi setelah ada penelusuran yang lebih mendetail dengan mempertimbangkan kondisi peperangan saat itu, dan hal ini juga dikuatkan beberapa pakar biografi dan peperangan, ternyata korban di pihak mereka ada tiga puluh tujuh orang.

47. Suasana Duka Menyelimuti Madinah

Orang-orang Muslim berada di Madinah pada malam Ahad, sepulang dari Perang Uhud. Suasana duka menyelimuti diri mereka, ditambah lagi keadaan badan yang terasa letih dan payah. Kali ini mereka benar-benar mendapat bencana. Namun begitu mereka tetap berjaga-jaga di dalam dan pinggiran Madinah, khususnya menjaga komandan tertinggi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang sewaktu-waktu bisa terancam bahaya.