1.Perang Bani Sulaim di Al-Kudr
Syawal 2 H : Tujuh hari setelah Rasulullah SAW., tiba di Madinah dari perang Badar, beliau kembali keluar hendak menyerbu Bani Suleim (Beliau menunjuk Siba' bin 'Arfathah Al-Ghifari sebagai imam sementara di Madinah. Ada yang mengatakan: Ibnu Ummi Kaltsum). Sampailah beliau di salah satu mata air mereka bernama Al-Kudr. Beliau singgah di sana selama tiga hari kemudian kembali ke Madinah tanpa mendapat halangan yang berarti. Setelah itu, beliau menetap di Madinah pada bulan Syawal dan Dzulqa'dah, dalam dua bulan itu Rasulullah menyelesaikan urusan penebusan seluruh tawanan Quraisy.Ekspedisi militer ini dilatar belakangi oleh Makar Jahat Bani sulaim yang menyiapkan 200 pasukan untuk menyerang Rasulullah , namun saat melihat pasukan kaum muslimin mereka kabur dengan meninggalkan 500 Hewan ternak mereka.
Syawal 2 H : Tujuh hari setelah Rasulullah SAW., tiba di Madinah dari perang Badar, beliau kembali keluar hendak menyerbu Bani Suleim (Beliau menunjuk Siba' bin 'Arfathah Al-Ghifari sebagai imam sementara di Madinah. Ada yang mengatakan: Ibnu Ummi Kaltsum). Sampailah beliau di salah satu mata air mereka bernama Al-Kudr. Beliau singgah di sana selama tiga hari kemudian kembali ke Madinah tanpa mendapat halangan yang berarti. Setelah itu, beliau menetap di Madinah pada bulan Syawal dan Dzulqa'dah, dalam dua bulan itu Rasulullah menyelesaikan urusan penebusan seluruh tawanan Quraisy.Ekspedisi militer ini dilatar belakangi oleh Makar Jahat Bani sulaim yang menyiapkan 200 pasukan untuk menyerang Rasulullah , namun saat melihat pasukan kaum muslimin mereka kabur dengan meninggalkan 500 Hewan ternak mereka.
2.Konspirasi Membunuh Qiyadah (Rasulullah)
Setelah kekalahan di Badar kebencian Kafir Quroisy semakin memuncak hingga suatu ketika terjadi Obrolan 4 Mata anhtara Umair Bin Wahab Al - Jumahi dengan Shafwan Bin Umayyah di Hijr
Umair mengungkapkan keinginanya membunuh Rasulullah , namun ia masih memiliki tanggungan Hutang dan mengkhawatirkan keluarga sepeninggalnya , Shafwan menimpali Utangmu biarlah aku yang melunasi , keluargamu biarkan aku yang menanggung dan melindungi selama Hidup mereka , sepanjang aku mampu , aku tidak keberetan menanggung mereka.
Umair bergegas mengasah pedang hingga mengkilap lalu dibubuhi Racun setelah itu memacu kudanya menuju madinah sesampainya di depan masjid ia bertemu dengan umar yang sedang mengobrolkan kemenangan Badar bersama sahabat - sahabat yang lain , Umar mengatakan Ini dia Anjing Musuh Allah , Umair _ kedatangan nya pasti membawa Niat Jahat.
Umar masuk menemui rasulullah dan melaporkan " Nabiyullah ada musuh Allah "umair" yang datang dengan menghunus pedangnya
rasulullah lalu mengatakan : suruh dia menemuiku .
akhirnya Umair di giring masuk oleh beberapa sahabat dan umar berpesan untuk waspada jangan sampai umair mencelakakan rasulullah
sesampai nya di hadapan rasulullah umair mengucapkan " Selamat Pagi semuanya "
di sanggah Oleh rasulullah : Allah telah memuliakan kami dengan salam yang lebih baik dari salam mu tadi Umair , yaitu salam penghuni syurga
lalu rasul bertanya Apa maksud tujuan umair datang kemadinah , dijawab umair bahwa mereka ingin menebus Tawanan perang badar .
lalu rasul menanyakan soal pedang yang di bawa , umair menjawab tidak untu apa - apa , lalu di desak oleh rasulullah tetap tidak mengaku ,
lalu rasulullah mengungkapkan pertemuan 4 Mata anatara Umair dan Shafwan serta menceritakan Rinci Niatan mereka
dari situ Umair yakin bahwa Muhamad adalah Utusan Allah karena tidak mungkin ada yang tau obrolan itu karena itu obrolan rahasia mereka , umair pun masuk islam dan di ajari oleh sahabat tentang islam dan membaca Al -Qur'an dan meminta tawanan yang diinginkan di bebaskan .
di makkah , shafwan sudah bersorak - sorak gembira , mengatakan kepada khalayak untukl bersiap - siap ada sesuatu yang menggembirakan dan melupakan kepedihan perang Badar , Shafwan bertanya - tanya kepada setiap kafilah yang datang dari madinah tentang umair , dan kafilah dagang mengabarkan jika orang yang di tanyakan sudah masuk islam, shafwan kemudian bersumpah tidak akan menolong umair dan membantunya , tidak mau bicara selama - lamanya .
3.Perang Bani Qunaiqo'
Pertengahan Syawal 2 H : Perjanjian yang di lakukan Anatara Rasulullah dengan yahudi tidak ada satu muslim pun yang melanggar perjanjian itu barang satu Huruf pun , namun tidak dengan yahudi justru ia melakukan Spionase dan Provokasi untuk melemahkan Madinah , dan menghancurkan persatuan kaum muslimin , sebelum perang badar kaum Aus dan Khazraj di provokasi oleh Yahudi namun Rasulullah masih bersabar dengan kelakuan Yahudi itu .
Ibnu Ishaq meriwayatkan berikut ini,
“…Syas bin Qais, seseorang yang sudah tua renta, dedengkot (sesepuh) kekufuran yang sangat memusuhi kaum muslimin, dan memendam kedengkian terhadap mereka, menemui sekelompok sahabat Rasulullah saw. dari kabilah Aus dan Khazraj dalam sebuah majlis di mana mereka sedang berbincang-bincang. Ia menjadi sakit hati karena melihat kerukunan mereka, bersatunya mereka, dan kelapangan dada di antara mereka terhadap Islam setelah mereka bermusuhan sekian lama dalam jahiliah. Ia berkata, ‘Sekelompok orang dari suku minoritas di negeri ini berkumpul. Tidak, demi Tuhan, kami tidak akan bersama mereka jika para pemimpin mereka bertemu untuk menyepakati suatu keputusan’. Selanjutnya, orang itu menyuruh seorang pemuda Yahudi yang sedari tadi bersamanya dan berkata kepadanya, ‘datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka lalu ingatkan mereka akan peristiwa Bu’ats, juga peristiwa lainnya sebelum itu. Ucapkan kembali syair-syair yang dulu selalu mereka ucapkan’.”
“Perang Bu’ats terjadi di antara suku Aus melawan Khazraj dan dimenangkan oleh suku Aus. Pada saat itu, Aus dipimpin Mudhir bin Simak Abu Usaid bin Hudhair, sedangkan Khazraj dipimpin Amr bin Nu’man al-Bayadhi yang keduanya terbunuh…”
Ibnu Ishaq berkata, “Pemuda itu lalu melaksakannya. Akibatnya terjadilah pertengkaran mulut sesama mereka.
Berita ini sampai kepada Rasulullah saw. dan beliau keluar menemui mereka bersama beberapa orang sahabat Muhajirin. Beliau bersabda,
“…Apakah karena slogan-slogan jahiliah, kalian keluar, pada hal aku berada di antara kalian setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian serta melepaskan kalian dari kungkungan jahiliah, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati kalian”?
Mereka serta merta menangis dan orang-orang dari Aus maupun Khazraj saling berpelukan.
Namun manuver mereka tidak berhenti sampai di situ saja ,
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tiba di Kota Madinah –setelah Perang Badar-, orang-orang Yahudi berkumpul di Pasar Bani Qainuqa’. Beliau bersabda, “Hai sekalian Yahudi, masuk Islam-lah kalian sebelum kalian merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang Quraisy”. Hal ini bukan berarti Nabi memaksa mereka untuk memeluk Islam dan beriman, tapi beliau hendak menjelaskan dan berharap Yahudi sadar bahwa janji Allah kepada kaum Quraisy adalah benar, demikian pula bagi mereka yang lain, yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Tatkala Rasulullah tiba di Madinah setelah mengalahkan orang-orang Quraisy di Perang Badar, orang-orang Yahudi berkumpul di pasar Bani Qainuqa’. (Lalu datanglah) Nabi dan bersabda (kepada mereka), ‘Hai orang-orang Yahudi, masuk Islam-lah kalian sebelum kalian ditimpa dengan hal yang sama menimpa Quraisy (kekalahan dan kehinaan, pen.)’. Mereka menjawab, ‘Wahai Muhammad, janganlah tertipu dengan dirimu sendiri lantaran menang melawan orang-orang Quraisy. Mereka adalah orang-orang yang dungu, yang tidak mengerti tentang peperangan. Kalau engkau memerangi kami, niscaya engkau akan tahu bahwa engkau belum pernah menemui orang sehebat kami (di medan perang)’.” (HR. Abu Dawud).
Ketika diingatkan kepada suatu pelajaran, bukannya mengambil hikmah, Bani Qainuqa’ malah menantang dan menabuh genderang perang. Rasulullah menyeru dan mendakwahi mereka kepada Islam, mereka jawab dengan pernyataan bahwasanya mereka siap berperang melawan umat Islam. Allah Ta’ala pun menurunkan firman-Nya terkait jawaban orang-orang Yahudi ini:
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur di Perang Badar). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati .” (QS. Ali Imran: 12).
Tidak lama dari itu, benar saja, Yahudi kembali membuat masalah dengan mengganggu wanita muslimah.
Suatu hari ada wanita muslimah datang ke Pasar Bani Qainuqa’ untuk suatu kebutuhan yang ia perlukan. Ia menghampiri salah satu pedangang Yahudi, kemudian melakukan transaksi jual beli dengannya. Namun orang Yahudi berhasrat membuka cadar yang dikenakan sang muslimah karena ingin melihat wajahnya. Muslimah itu berusaha mencegah gangguan yang dilakukan Yahudi ini. Tanpa sepengetahuan wanita itu, datang lagi lelaki Yahudi di sisi lainnya, lalu ia tarik ujung cadarnya dan tampaklah wajah perempuan muslimah tersebut. Wanita ini pun berteriak, lalu datanglah seorang laki-laki muslim membelanya. Terjadilah perkelahian antara muslim dan Yahudi dan terbunuhlah Yahudi yang mengganggu muslimah tadi. Melihat hal itu, orang-orang Yahudi tidak tinggal diam. Mereka mengeroyok laki-laki tadi hingga ia pun terbunuh.
Ini adalah pelanggaran yang sangat besar. Mereka menganggu wanita muslimah, kemudian laki-laki Bani Qainuqa’ bersekutu membunuh laki-laki dari umat Islam.
Respon Umat Islam Terhadap Bani Qainuqa’
Sampailah kabar tentang peristiwa ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Segera beliau mengumpulkan para sahabat dan mempersiapkan pasukan. Lalu, orang-orang munafik dengan gembong mereka Abdullah bin Ubai bin Salul, memainkan peranannya. Ia berusaha melobi Rasulullah agar mengurungkan niat mengepung Yahudi Bani Qainuqa’. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memperdulikan saran Abdullah bin Ubai.
Tidak menunggu waktu lama, pasukan pun mengepung perkampungan Bani Qainuqa’.
Ya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memobilisasi pasukan untuk membela seorang wanita muslimah yang tersingkap auratnya dan membela darah seorang muslim yang tertumpah. Begitu besarnya arti kehormatan wanita muslimah dan harga darah seorang muslim di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau siap menanggung resiko kehilangan nyawa para sahabatnya demi membela kehormatan muslimah.
Selain itu, Bani Qainuqa’ bukanlah orang-orang yang lemah, mereka memiliki persenjataan, pasukan, benteng, dan kemampuan militer yang mumpuni. Tapi tetap Rasulullah dan para sahabatnya hadapi demi seorang wanita muslimah.
Namun hari ini, kita lihat banyak wanita muslimah suka rela mendedahkan auratnya dan suka rela merendahkan kehormatan mereka sendiri. Bahkan lebih aneh lagi, mereka marah apabila ada orang yang menghalangi mereka membuka aurat. Kata mereka menghalangi kebebasan, melanggar hak asasi, dan menghambat kemajuan, wal ‘iyadzubillah. Dari sini juga kita mengetahui betapa agungnya kedudukan wanita dalam Islam.
Pengepungan dimulai pada hari sabtu, di pertengahan bulan Syawal, tahun 2 H. Pengepungan tersebut terus berlangsung selama dua pekan, sampai akhirnya ketakutan pun kian merasuk ke dalam jiwa para Yahudi ini. Mereka menyerah dan tunduk kepada putusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah memutuskan vonis hukuman mati bagi orang-orang yang terlibat dalam peristiwa di pasar tersebut, yang melakukan tindakan keji, dan menyelisihi perjanjian. Putusan ini bukan hanya pelajaran bagi Yahudi atas perlakuan mereka mengganggu wanita muslimah dan menumpahkan darah umat Islam, akan tetapi sebagai hukuman atas gangguan-gangguan yang mereka lancarkan semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Madinah. Mereka mencela Allah, Rasul-Nya, mengganggu para sahabat, menebarkan isu-isu yang memecah belah, dll.
Namun Tiba-Tiba Abddullah bin Ubay Mengatakan : "Hai Muhammad, berlaku baiklah kepada sekutuku!"
Rasulullah berpaling darinya. Kemudian Abdullah bin Ubay mero-gohkan tangannya ke saku baju perang Rasulullah. Rasul berkata kepada-nya: "Serahkan mereka kepadaku!"
Melihat sikapnya itu Rasulullah SAW., marah hingga terlihat kemarahan pada raut wajah beliau. Beliau berkata lagi: "Celakalah engkau, serah-kanlah mereka kepadaku!"
Abdullah bin Ubay menjawab: "Demi Allah tidak, aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu hingga engkau berlaku baik kepada sekutuku! Empat ratus pasukan tanpa baju perang dan tiga ratus pasukan berbaju perang telah melindungiku dari serangan orang Arab dan ajam (non Arab). Lalu engkau ingin menumpas mereka sekaligus!? Demi Allah aku adalah orang yang paling takut musibah!"
Maka Rasulullah pun berkata kepadanya: "Mereka menjadi milikmu!"
Kemudian Ubadah bin Shamit R.A., datang menghadap Rasulullah. Ia juga mengikat perjanjian persekutuan dengan Yahudi bani Qainuqaa' seperti halnya Abdullah bin Ubay bin Salul. Namun ia menyerahkan urusan mereka sepenuhnya kepada Rasulullah dan berlepas diri kepada Allah dan RasulNya dari ikatan persekutuan tersebut. Ubadah berkata: "Wahai Rasulullah, aku berpihak kepada Allah, RasulNya dan kaum mukminin. Dan aku berlepas diri dari persekutuan dengan orang-orang kafir itu dan tidak memberikan loyalitas kepada mereka!
Rasulullah Memerintahkan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa' meninggalkan Madinah sejauh-jauhnya,'dan tidak boleh lagi hidup bertetangga. Maka mereka pergi ke perbatasan Syam, dan tiada seberapa lama, banyak di antara mereka yang meninggal dunia.Sementara itu, beliau menahan harta benda mereka. Beliau ,sendiri mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang dan tiga tombak serta seperlima harta rampasan. Yang bertanggung jawab mengumpulkan semua harta rampasan perang adalah Muhammad bin Maslamah.
Rasulullah berpaling darinya. Kemudian Abdullah bin Ubay mero-gohkan tangannya ke saku baju perang Rasulullah. Rasul berkata kepada-nya: "Serahkan mereka kepadaku!"
Melihat sikapnya itu Rasulullah SAW., marah hingga terlihat kemarahan pada raut wajah beliau. Beliau berkata lagi: "Celakalah engkau, serah-kanlah mereka kepadaku!"
Abdullah bin Ubay menjawab: "Demi Allah tidak, aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu hingga engkau berlaku baik kepada sekutuku! Empat ratus pasukan tanpa baju perang dan tiga ratus pasukan berbaju perang telah melindungiku dari serangan orang Arab dan ajam (non Arab). Lalu engkau ingin menumpas mereka sekaligus!? Demi Allah aku adalah orang yang paling takut musibah!"
Maka Rasulullah pun berkata kepadanya: "Mereka menjadi milikmu!"
Kemudian Ubadah bin Shamit R.A., datang menghadap Rasulullah. Ia juga mengikat perjanjian persekutuan dengan Yahudi bani Qainuqaa' seperti halnya Abdullah bin Ubay bin Salul. Namun ia menyerahkan urusan mereka sepenuhnya kepada Rasulullah dan berlepas diri kepada Allah dan RasulNya dari ikatan persekutuan tersebut. Ubadah berkata: "Wahai Rasulullah, aku berpihak kepada Allah, RasulNya dan kaum mukminin. Dan aku berlepas diri dari persekutuan dengan orang-orang kafir itu dan tidak memberikan loyalitas kepada mereka!
Rasulullah Memerintahkan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa' meninggalkan Madinah sejauh-jauhnya,'dan tidak boleh lagi hidup bertetangga. Maka mereka pergi ke perbatasan Syam, dan tiada seberapa lama, banyak di antara mereka yang meninggal dunia.Sementara itu, beliau menahan harta benda mereka. Beliau ,sendiri mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang dan tiga tombak serta seperlima harta rampasan. Yang bertanggung jawab mengumpulkan semua harta rampasan perang adalah Muhammad bin Maslamah.
4.Perang Sawiq
Dzulhijah 2 H : Abu Shafwan bin Umayyah menjalin persekongkolan dan konspirasi dengan orang-orang Yahudi serta munafik. Abu Shafwan berpikir untuk melakukan suatu tindakan yang sedikit menyerempet bahaya, dengan maksud untuk menjaga kedudukan kaumnya dan menunjukkan kekuatan yang mereka miliki. Dia sendiri sudah bemadzar untuk tidak membasahi rambutnya dengan air sekalipun junub, hingga dia dapat menyerang Muhammad. Maka bersama 200 orang dia pergi untuk melaksanakan sumpahnya itu, hingga dia tiba di suatu jalan terusan di sebuah gunung yang bernama Naib. Jaraknya dariMadinah kira-kira 12 mil. Namun tidak berani masuk ke Madinah secara terangterangan.
Maka layaknya seorang perampok, dia mengendap-endap masuk Madinah pada malam hari yang gelap dan mendatangi rumah Huyai bin Akhthab. Dia meminta izin untuk masuk rumah, namun Huyai menolaknya karena dia takut. Maka dia beranjak pergi dan mendatangi rumah Sallam bin Misykam, pemimpin Yahudi Bani Nadhir dan sekaligus orang yang menguasai seluruh kekayaan Bani Nadhir. Abu Shafwan meminta izin untuk masuk rumah, dan dia pun di izinkan. Namun Abu Shafwan meminta agar kedatangannya ini dirahasiakan dari siapa pun. Setelah dijamu dan disuguhi arak, pada akhir malam Abu Shafwan keluar rumah dan kembali lagi menemui rekan-rekannya.
Dia mengutus beberapa orang pilihan di antara tentaranya agar pergi ke arah Madinah dan berhenti di Al-Uraidh. Di sana mereka membabati pohon dan membakar pagar-pagar kebun korma. Mereka mendapatkan seorang Anshar dan rekannya di kebun itu, lalu mereka membunuh keduanya. Setelah itu mereka semua kembali lagi ke Makkah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mendengar kabar ini segera pergi untuk mengejar Abu Shafwan dan rekan-rekannya. Namun mereka buru-buru pergi dengan meninggalkan tepung makanan yang mereka bawa sebagai bekal dan bahan-bahan makanan lainnya, agar tidak terlalu memberati. Tapi mereka tidak terkejar lagi. Beliau mengejar mereka hingga tibadiQarqaratul-Kadr. Setiba di sana beliau kembali lagi.
Sedangkan orang-orang Muslim membawa sawiq (tepung gandum) yang ditinggalkan Abu Shafwan dan pasukannya, sehingga peperangan ini disebut dengan Perang As-Sawiq. Terjadi pad a bulan Dzul-Hijjah, dua bulan setelah Perang Badr. Urusan di Madinah beliau serahkan kepada Abu Lubabah bin Abdul-Mundzir. *)
5. Dzi Ammar ( Muharam 3 H )
Ini merupakan pasukan paling besar yang dipimpin Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum Perang Uhud. Kejadiannya pada bulan Muharram 3 H.Adapun sebabnya, karena mata-mata Madinah menyampaikan kabar kepada beliau bahwa sebagian besar Bani Tsa'labah dan Muharib berhimpun untuk menyerbu daerah-daerah di sekitar Madinah. Maka beliau segera mempersiapkan orang-orang Muslim dan pergi bersama empat ratus lima puluh prajurit. Sebagian ada yang berjalan kaki dan sebagian lain ada yang naik hewan. Sementara Madinah diserahkan kepada Utsman bin Affan.
Di tengah perjalanan orang-orang Muslim memegang seseorang yang bernama Jabbar dan berasal dari Bani Tsa'labah. Dia dibawa ke hadapan beliau dan diseru agar masuk Islam. Dia pun berkenan masuk Islam dan disuruh mendampingi Bilal, sebagai penunjukjalan bagi pasukan Muslimin menuju daerah musuh. Saat mendengar kedatangan pasukan Muslimin, musuh berpencar ke puncak gunung. Nabi sendiri beserta pasukannya tiba di tempat berkumpulnya musuh, yaitu di sebuah mata air yang disebut Dzi Amar. Beliau menetap di sana sebulan penuh pada bulan Shafar 3 H. Tujuannya untuk menunjukkan kekuatan pasukan Muslimin dan menimbulkan keengganan kepada bangsa Arab. Setelah itu beliau kembali lagi ke Madmah.
6. Terbunuhnya Ka'b bin AI-Asyraf (14 Rabi'ul Awwal 3 H)
Ka'b bin AI-Asyraf termasuk tokoh Yahudi yang sangat mendendam Terhadap Islam dan orang-orang Muslim. Secara terang-terangan dia mengajak untuk memerangi dan membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia berasal dari kabilah Thai', dari Bani Nabhan. Ibunya berasal dari Bani Nadhir. Dia dikenal sebagai orang yang kaya raya dan suka berbuat baik kepada orang-orang Arab, juga dikenal sebagai salah seorang penyair dari kalangan Yahudi.
Bentengnya berada di sebelah tenggara Madinah, tepatnya di bagian belakang dari perkampungan Bani Nadhir. Saat pertama kali mendengar kabar tentang kemenangan pasukan Muslimin dan terbunuhnya beberapa pemuka Quraisy, maka dia selalu bertanya-tanya, "Benarkah ini? Padahal mereka adalah para bangsawan Arab dan raja semua manusia. Demi Allah, jika memang Muhammad dapat mengalahkan orang-orang itu, tentunya perut bumi lebih baik daripada permukaannya." Setelah dia yakin benar dengan kabar itu, maka musuh Allah ini serentak bangkit mengolok-olok Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan orang-orang Muslim, menyanjung-nyanjung Quraisy dan membangkitkan semangat untuk menghadapi kaum Muslimin. Tidak berhenti sampai di sini saja. Setelah itu dia pergi mendatangi orang-orang Quraisy di Makkah dan menetap di rumah Muththalib bin Abu Wada'ah As-Sahmy. Di sana dia melantunkan syair-syair sambil menangis mengumbar air mata, menyebut orang-orang yang menjadi korban dan dimasukkan ke dalam sumur Badr. Dengan tindakannya dia berharap dapat membangkitkan kembali harga diri mereka dan membakar kedengkian terhadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang pada akhirnya dia mengajak mereka untuk menyerang kaum Muslimin.
"Manakah yang lebih engkau sukai, agama kami ataukah agama
Muhammad dan rekan-rekannya? Manakah dua golongan ini yang lebih lurus
jalannya?" tanya Abu Sufyan dan orang-orang musyrik kepada Ka'b, selagi dia
masih berada di Makkah.
"Jalan kalianlah yang lebih lurus dan lebih utama," jawab Ka'b bin AIAsyraf.
Kemudian Allah menurunkan ayat tentang kejadian ini,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيباً مِنَ الْكِتابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هؤُلاءِ أَهْدى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلاً
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah),bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman."(An-Nisa': 51).
Kemudian Ka'b kembali lagi ke Madinah, sambil merangkum syair baru yang menjelek-jelekkan istri-istri shahabat dengan ketajaman lidahnya. Pada saat itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajukan pertanyaan kepada orang-orang Muslim, "Siapakah yang berani menghadapi Ka'b bin Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya. " Maka ada beberapa shahabat yang maju ke depan, yaitu Muhammad bin Maslamah, Ubbad bin Bisyr, Abu Na'ilah atau Sulkan bin Salamah, saudara Ka'b dari susuan, Al-Harits bin Aus dan Abu Abbas bin Jabr.Yangmemimpin kelompok ini adalah Muhammad bin Maslamah.
Dalam beberapa riwayat tentang terbunuhnya Ka'b bin Al-Asyraf ini menyebutkan bahwa tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapakah yang berani menghadapi Ka'b bin Al-Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya", maka Muhammad bin Maslamah bangkit seraya berkata, "Aku wahai Rasulullah. Apakah engkau suka jika aku membunuhnya?"
"Benar," jawab beliau.
"Perkenankan aku untuk menyampaikan siasat," pinta Muhammad bin Maslamah.
Rasulullah : "Katakanlah! "
Inilah skenarionya untuk menjebak Ka'b. Muhammad bin Maslamah akan mendatangi Ka'b bin Al-Asyraf sambil berkata, 'Sesungguhnya Muhammad telah meminta shadaqah kepada kami, namun begitu dia juga telah banyak menolong kami, " katanya seolah-olah dia tidak suka terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ka'b berkata, "Kamu pasti akan merasa bosan mehghadapinya."
Muhammad bin Maslamah berkata, "Sesungguhnya kami telah mengikutinya. Kami tidak akan meninggalkannya sebelum tahu kemana dia akan membawa urusannya. Untuk itu beri kami pinjaman beberapa gantang. "
"Kalau begitu serahkan jaminannya," kata Ka'b.
"Apa yang engkau inginkan?" tanya Muhammad bin Maslamah.
"Wanita-wanita kalian," jawab Ka'b.
"Bagaimana mungkin kami menjaminkan wanita-wanita kami, sementara
engkau adalah penduduk Arab yang paling tampan?"
"Kalau begitu anak-anak kalian," kata Ka'b.
"Bagaimana mungkin kami menjaminkan anak-anak kami? Bisa-bisa kami akan dicemooh. "
Ada yang berkata, "Memang harus ada jaminan untuk pinjaman·
beberapa gantang. Tapi itu merupakan aib bagi kami. Bagaimana jika kami menjaminkan senjata kami."
Maka Muhammad bin Maslamah berjanji akan mendatanginya lagi. Abu Na'ilah juga berbuat yang sama dengan Muhammad bin Maslamah. Dia menemui Ka'b sambil melantunkan syair-syairnya. Kemudian dia berkata, "Celaka wahai Ibnul-Asyraf. Sesungguhnya aku datang untuk suatu keperluan." Lalu dia menyebutkan keperluannya dan meminta agar Hal itu dirahasiakan baik – baik . "Akan kutepati," jawab Ka'b bin AI-Asyraf.
"Kedatangan orang ini (Rasulullah) akan menjadi bencana bagi kami, karena bangsa Arab akan menyerang kami, melemparkan anak panah dari satu busur, memutus jalan kehidupan kami hingga keluarga menjadi terlantar,semua orang menjadi susah payah, kami dan keluarga kami akan menjadipayah pula."
Kemudian terjadi dialog antara Abu Na'ilah dan Ka'b bin Al-Asyraf.seperti yang di lakukan Muhammad bin Maslamah. Abu Na'ilah menambahi,"Aku juga mempunyai beberapa rekan lain yang sependapat dengan aku. Aku akan datang bersama mereka untuk menemui engkau. Mika engkau harus bersikap ramah terhadap mereka."
Sampai di sini Muhammad bin Maslamah dan Abu Na'ilah bisa berperan sesuai dengan skenario yang telah dirancang. Sementara Ka’ab tidak menolak keduanya membawa senjata dan rekan-rekan yang lain dalam pertemuan berikutnya.
Pada suatu malam yang terang bulan, yaitu tanggal 14 Rabi'ul Awwal 3 H., beberapa orang Muslim yang telah disebutkan di atas berkumpul di hadapan Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau mengantar mereka hingga di Baqi' Al-Gharqad, lalu memberi arahan kepada mereka, "Pergilah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka!" Setelah itu beliau kembali lagi ke rumah untuk shalat dan berdoa kepada Allah.
Sekumpulan orang-orang Muslim itu berhenti di dekat benteng Ka'b bin Al-Asyraf. Abu Na'ilah berbisik-bisik memanggil nama Ka'b. Maka Ka'b bangkit untuk turun dari benteng.
"Pada malam-malam begini engkau hendak pergi?" tanya istrinya yang masih muda beliau. Katanya lagi, "Aku mendengar sebuah suara seakan meneteskan darah."
"Dia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara sesuanku, Abu Na'ilah. Jika dipanggil untuk urusan bunuh-membunuh. Yang namanya orang tehormat itu tentu akan memenuhinya." Kemudian dia keluar dari benteng, menyebarkan aroma yang harum dan rambutnya disisir rapi.
Sementara Abu Na'ilah berkata kepada rekan-rekannya, "Apabila dia sudah tiba, maka aku akan memeluk kepalanya dan menciumnya. Jika kalian melihatku sudah bisa memegang kepalanya, maka tikamlah dia dari belakang. "
Setelah Ka'b bin Al- Asyraf tiba, mereka mengobrol barang sejenak.Lalu Abu Na'ilah berkata, "Wahai Ibnul-Asyraf, maukah engkau jalan-jalan bersama kami ke celah bukit, lalu kita bisa mengobrol di sana menghabiskan sisa malam ini?"
"Kalau memang itu yang kalian kehendaki," jawab Ka'b bin Al Asyraf tanpa curiga. Mereka pun pergi berjalan-jalan.
"Aku tidak Pernah merasakan yang lebih bagus dan harum daripada malam ini," kata Abu Na'ilah sambil jalan-jalan.
Ka'b terpedaya dengan apa yang didengamya. Dia berkata, "Aku pun mempunyai seorang wanita Arab yang paling harum baunya. "
"Kalau begitu bolehkah aku mencium aroma rambutmu?" tanya Abu Na'ilah."Boleh saja," jawab Ka'ab.
Abu Na'ilah mencium rambut Ka'ab, lalu memberi isyarat kepada rekanrekannya.Setelah mereka berjalan beberapa saat, Abu Na'ilah bertanya lagi,"Bolehkah aku mencium rambutmu lagi?"
"Boleh," jawab Ka'b. Karena suasana yang akrab ini Ka'b merasa tenang hatinya. Setelah berjalan beberapa saat, Abu Na'ilah meminta izin untuk mencium rambutnya lagi. Maka untuk ketiga kalinya dia menyusupkan tangannya ke rambut Ka'b. Saat pegangannya sudah kuat, dia pun berteriak, "Diamlah wahai musuh Allah!"
Pedang rekan-rekan Abu Na'ilah berseliweran ke arah tubuh Ka'ab. Namun tak ada yang mengena. Maka Muhammad bin Maslamah segera memungut belatinya dan menusukkan ke punggung Ka'b hingga tembus ke perut bagian bawah, lalu Ka'b meninggal setelah berteriak dengan suara yang amat keras dan membangunkan orang-orang yang berada di dalam benteng.
Bahkan karena teriakannya yang keras itu, mereka menyalakan pelita.Sekelompok orang-orang Muslim yang telah berhasil membunuh Ka'b itu pun pulang. Namun Al-Harits bin Aus terluka di kepala atau kakinya karena terkena sabetan sebagian pedang rekan-rekannya dan banyak mengeluarkan darah. Mereka terus berjalan hingga tiba di Harratul-Uraidh. Karena kondisi Al- Harits semakin melemah mengingat banyaknya darah yang keluar dari lukanya, dan jalannya yang selalu tertinggal di belakang dari rekan-rekannya, maka mereka membopongnya. Setiba di Baqi' Al-Gharqad, mereka bertakbir dengan suara yang keras, hingga didengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dengan begitu beliau tahu bahwa mereka telah berhasil melaksanakan tugas.Lalu beliau ikut mengucapkan takbir. Setelah mereka tiba di hadapan beliau, maka beliau bersabda, "Wajah-wajah yang beruntung." "Begitu pula wajah engkau wahai Rasulullah," kata mereka sambil melemparkan penggalan kepala Ka'b di hadapan beliau. Maka beliau memuji Allah atas terbunuhnya Ka'b. Setelah itu beliau meludahi luka Al-Harits dan seketika itu pula luka tersebut sembuh, hingga dia tidak tersiksa lagi. *)
Setelah orang-orang Yahudi mengetahui terbunuhnya pemimpin mereka,Ka'b bin AI-Asyraf, mereka pun dicekam perasaan takut. Kini mereka tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak sungkan-sungkan menggunakan kekuatan terhadap orang-orang yang tidak mempedulikan nasihatnya, ingin mengganggu stabilitas keamanan, menimbulkan keresahan dan tidak menghormati perjanjian. Mereka tidak berani bertindak apa-apa atas kematian pemimpinnya. Mereka hanya diam dan menampakkan keinginan untuk memenuhi isi perjanjian. Ular-ular pun masuk ke dalam lubangnya dan bersembunyi di sana.
Begitulah tindakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam meredam bahaya yang akan mengancam di luar Madinah. Sehingga orang-orang Muslim juga bisa sedikit bemapas lega karena surutnya gangguan dari dalam Madinah yang selama itu selalu menghantui mereka.
7. Buhran ( Rabiul Akhir 3 H )
Kemudian Rasulullah SAW., berangkat bersama 300 san pasukan hendak menye-rang kaum Quraisy (Beliau menunjuk Ibnu Ummi Maktum sebagai pengganti beliau di Madinah). Setibanya di Bahraan, sebuah pertambangan yang terletak di Hijaz tepatnya di wilayah Furu'. Beliau berada di sana selama bulan Rabi'ul Akhir sampai Jumadil Awal. Kemudian beliau kembali ke Madinah tanpa menemui hambatan sedikitpun.
8.Satuan Perang Zaid bin Haritsah ( Jumadil Akhir 3 H )
8.Satuan Perang Zaid bin Haritsah ( Jumadil Akhir 3 H )
Ini merupakan mobilisasi pasukan yang terakhir sebelum meletus Perang Uhud, terjadi pada bulan Jumadal-Akhir 3 H. Gambarannya, orang-orang Quraisy terus dibayangi keresahan dan kegalauan seusai Perang Badr. Tak lama kemudian tiba musim kemarau, yang berarti tiba saatnya untuk memberangkatkan kafilah ke Syam. lni merupakan problem tersendiri.
Kali ini yang ditunjuk Quraisy sebagai pemimpin kafilah dagang ke Syam adalah Shafwan bin Umayyah. Dia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Muhammad dan rekan-rekannya akan menghadang kafilah dagang kita'. Kita juga tidak tahu apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi rekan-rekannya yang tidak akan membiarkan jalur pantai. Sementara penduduk pantai secara keseluruhan sudah terikat perjanjian dengan Muhammad. Kita tidak tahu jalur mana lagi yang bisa kita lewati.
Jika kita hanya diam di sini, maka modal perniagaan akan kita pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, semua harta kekayaan kita akan ludes dan tamatlah riwayat kita. Kehidupan kita di Makkah ini bergantung kepada perniagaan ke Syam pada musim panas dan ke Habasyah pada musim dingin. "
Terjadi perdebatan yang hangat tentang masalah ini. Al-Aswad bin Abdul-Muththalib berkata kepada Shafwan, "Tinggalkan jalur pantai dan ambil jalur Irak."
Padahal ini merupakan jalur yang sangat panjang dan jarang dilewati untuk menuju ke Syam, dengan melewati bagian timur Madinah. Orang-orang Quraisy sendiri tidak tahu-menahu jalur ini. Maka Al-Aswad mengisyaratkan kepada Shafwan untuk mengangkat Furat bin Hayyan dari Bani Bakr bin Wa'il sebagai penunjuk jalan bagi kafilah.
Maka dengan mengambil jalur inilah kafilah dagang Quraisy berangkat menuju Syam. Ternyata kabar tentang keberangkatan kafilah Quraisy ini juga terdengar sampai Madinah.
Ceritanya bermula dari Sulaith bin An-Nu'man yang telah masuk Islam dan masih berada di Makkah. Dia ikut-ikutan minum khamr bersama Nu'aim bin Mas'ud Al-Asyj'ay yang belum masuk Islam, dan yang saat itu khamr belum diharamkan. Karena pengaruh khamr yang diminumnya,Nua'im mengoceh secara rinci tentang kafilah dagang Quraisy yang mengambil jalur baru. Sulaith yang mendengarnya segera pergi menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menceritakannya.
Seketika itu pula beliau mempersiapkan pasukan yang terdiri dari seratus prajurit berkendara, yang dipimpin Zaid bin Haritsah. Zaid mempercepat perjalanan agar dapat memapasi kafilah secara tiba-tiba. Zaid bersama satuan pasukannya menetap di Qardah dan dapat menguasai kafilah dagang Quraisy.
Shafwan sama sekali tidak mampu mempertahankan kafilah dagangnya. Tidak ada pilihan lain baginya dan rombongannya kecuali melarikan diri tanpa mampu melakukan perlawanan apa pun. Bahkan pemandunya tertawan dalam kejadian ini. Ada yang berpendapat, masih ada dua orang yang ikut tertawan bersamanya. Orang-orang Muslim bisa membawa harta rampasan yang jumlahnya amat banyak, terdiri dari pundi-pundi emas dan perak, yang nilainya mencapai seratus ribu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membagi harta rampasan itu kepada semua satuan pasukan, setelah mengambil seperlimanya.
Kemudian Furat bin Hayyan masuk Islam di hadapan beliau. Tentu saja kejadian ini merupakan bencana besar yang menimpa Quraisy setelah Perang Badr. Mereka semakin resah, galau dan sedih.
Hanya ada 2 pilihan bagi mereka, entah membuang jauh-jauh keangkuhan dan kesombongan mereka, lalu berdamai dengan orang-orang Muslim, ataukah berperang habis-habisan untuk mengembalikan kejayaan mereka yang lampau dan melibas kekuatan orang-orang Muslim, agar mereka tidak memiliki kekuasaan lagi. Akhirnya diputuskan, Quraisy mengambil cara kedua danmereka bertekad untuk menuntut balas. Untuk itu mereka segera melakukan persiapan pertempuran menghadapi orang-orang Muslim. Inilah yang mengawali peperangan Uhud.
0 Komentar