وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا
مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا
لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا
إِلا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
,
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ
أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ
رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu)
ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada
orang-orang mukmin) dan karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah
antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah,
"Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
Janganlah kamu salat dalam masjid itu
selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. Di
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai
orang-orang yang bersih.
Sejarah Masjid Dhirar
Imam Ibnu Katsir Menyebutkan
Penyebab turunnya ayat-ayat ini ialah bahwa sebelum kedatangan Nabi Saw.
di Madinah terdapat seorang lelaki dari kalangan kabilah Khazraj yang dikenal
dengan nama Abu Amir Ar-Rahib[1].
Sejak masa Jahiliah dia telah masuk agama Nasrani dan telah membaca ilmu ahli
kitab. Ia melakukan ibadahnya di masa Jahiliah, dan ia mempunyai kedudukan yang
sangat terhormat di kalangan kabilah Khazraj.
Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah untuk berhijrah, lalu
orang-orang muslim berkumpul bersamanya, dan kalimah Islam menjadi tinggi serta
Allah memenangkannya dalam Perang Badar, maka si terkutuk Abu Amir ini mulai
terbakar dan bersikap oposisi serta memusuhi beliau secara terang-terangan. Ia
melarikan diri bergabung dengan orang-orang kafir Mekah dari kalangan kaum
musyrik Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rasulullah Saw.
Maka bergabunglah bersamanya orang-orang dari kalangan Arab Badui
yang setuju dengan pendapatnya, lalu mereka datang pada tahun terjadinya Perang
Uhud. Maka terjadilah suatu cobaan yang menimpa kaum muslim dalam perang itu.
tetapi akibat yang terpuji hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Tersebutlah bahwa si laknat Abu Amir ini telah membuat
lubang-lubang di antara kedua barisan pasukan, dan secara kebetulan Rasulullah
Saw. terjatuh ke dalam salah satunya. Dalam perang itu Rasulullah Saw.
mengalami luka pada wajahnya, gigi geraham bagian bawah kanannya ada yang
rontok, dan kepalanya luka.
Pada permulaan perang, Abu Amir maju menghadapi kaumnya yang
tergabung ke dalam barisan orang-orang Ansar, lalu ia berkhotbah kepada mereka,
membujuk mereka guna membantunya dan bergabung ke dalam barisannya. Setelah
menyelesaikan pidatonya itu, orang-orang mengatakan, "Semoga Allah tidak
memberikan ketenangan pada matamu, hai orang fasik, hai musuh Allah."
Mereka melempari dan mencacinya. Akhirnya Abu Amir kembali seraya berkata,
"Demi Allah, sesungguhnya kaumku telah tertimpa keburukan
sepeninggalku."
Pada mulanya Rasulullah Saw. telah menyerunya untuk menyembah
Allah —yaitu sebelum ia melarikan diri—dan membacakan Al-Qur'an kepadanya,
tetapi ia tetap tidak mau masuk Islam, dan membangkang. Maka Rasulullah Saw. berdo’a
untuk kecelakaannya, semoga dia mati dalam keadaan jauh dari tempat tinggalnya
dan terusir. Maka doa itu menimpanya[2].
Kejadian itu terjadi ketika kaum muslim selesai dari Perang Uhudnya
dan Abu Amir melihat perkara Rasulullah Saw. makin bertambah tinggi dan makin
muncul. Maka Abu Amir pergi menemui Heraklius—Raja Romawi— untuk meminta
pertolongan kepadanya dalam menghadapi Nabi Saw. Kaisar Romawi memberikan janji
dan harapan kepadanya, lalu ia bermukim di kerajaan Romawi.
Sesudah itu Abu Amir menulis surat kepada segolongan kaumnya dari
kalangan Ansar yang tergabung dalam golongan orang-orang munafik lagi masih
ragu kepada Islam. Dia menjanjikan dan memberikan harapan kepada mereka, bahwa
kelak dia akan datang kepada mereka dengan membawa pasukan Romawi untuk
memerangi Rasulullah Saw. dan mengalahkannya serta menghentikan kegiatannya.
Lalu Abu Amir menganjurkan orang-orangnya untuk membuat suatu benteng yang
kelak akan dipakai untuk berlindung bagi orang-orang yang datang kepada mereka
dari sisinya guna menunaikan ajaran kitabnya. Tempat itu sekaligus akan menjadi
tempat pengintaian baginya kelak di masa depan bila ia datang kepada mereka.
Maka orang-orang Abu Amir mulai membangun sebuah masjid yang
letaknya berdekatan dengan Masjid Quba[3].
Mereka membangun dan mengukuhkannya, dan mereka baru selesai dari pembangunan
masjidnya di saat Rasulullah Saw. hendak pergi ke medan Tabuk. Lalu para
pembangunnya datang menghadap Rasulullah Saw. dan memohon kepadanya agar sudi
melakukan salat di masjid mereka. Tujuan mereka untuk memperoleh bukti melalui
salat Nabi Saw. di dalamnya, sehingga kedudukan masjid itu diakui dan
dikuatkan.
Mereka mengemukakan alasannya, bahwa sesungguhnya mereka membangun
masjid ini hanyalah untuk orang-orang yang lemah dari kalangan mereka dan
orang-orang yang berhalangan di malam yang sangat dingin. Tetapi Allah Swt.
memelihara Nabi Saw. dari melakukan salat di dalam masjid itu. Nabi Saw.
menjawab permintaan mereka melalui sabdanya:
"إِنَّا عَلَى سَفَرٍ، وَلَكِنْ إِذَا رَجَعْنَا إِنْ شَاءَ
اللَّهُ"
Sesungguhnya kami sedang dalam perjalanan. Tetapi jika kami
kembali, insya Allah.
Ketika Nabi Saw. kembali ke Madinah dari medan Tabuk, dan jarak
antara perjalanan untuk sampai ke Madinah hanya tinggal sehari atau setengah
hari lagi[4],
Malaikat Jibril a.s. turun dengan membawa berita tentang Masjid Dirar dan niat
para pembangunnya yang hendak menyebarkan kekufuran dan memecah belah persatuan
umat Islam. Mereka hendak menyaingi masjid kaum muslim —yaitu Masjid Quba— yang
sejak semula dibangun dengan landasan takwa.
Maka Rasulullah Saw. mengutus orang-orang ke Masjid Dirar itu
untuk merobohkannya sebelum beliau tiba di Madinah[5].
B. Penjelasan Ayat Tentang
Masjdi Dhirar
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا
ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ
حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلا
الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu)
ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada
orang-orang mukmin) dan karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah
antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah,
"Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
1. Penamaan Masjid dhirar adalah
dari Allah swt Adapun orang munafik apakah melakukan penamaan terhadap masjid
tersebut kami belum menemukan Riwayat atau sejarahnya, (Dhirara yaitu kemudharatan bagi warga Masjid Quba.Kata
adh-dhiraaru artinya membuat kemudharatan kepada orang lain yang kamu tidak
mendapat manfaat darinya, sementara kata adh-dhararu artinya membuat
kemudharatan kepada orang lain dan kamu punya manfaat darinya. Kedua-duanya
adalah perbuatan yang dilarang sesuai dengan hadits Nabi saw. yang diriwayatkan
oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas, La dhororo wala dhiroro "Tidak
boleh berbuat kemudharatan (dan kamu mendapat manfaat di dalamnya) dan tidak
boleh berbuat kemudharatan (walau kamu tidak mendapat manfaat di
dalamnya)." (HR Ahmad)
B. Penjelasan Ayat Tentang Masjdi Dhirar
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا
ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ
حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلا
الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu)
ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada
orang-orang mukmin) dan karena kekafiran(nya), dan untuk memecah belah
antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah
memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah,
"Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
- Penamaan Masjid dhirar adalah dari Allah swt Adapun orang munafik apakah melakukan penamaan terhadap masjid tersebut kami belum menemukan Riwayat atau sejarahnya, (Dhirara yaitu kemudharatan bagi warga Masjid Quba.Kata adh-dhiraaru artinya membuat kemudharatan kepada orang lain yang kamu tidak mendapat manfaat darinya, sementara kata adh-dhararu artinya membuat kemudharatan kepada orang lain dan kamu punya manfaat darinya. Kedua-duanya adalah perbuatan yang dilarang sesuai dengan hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas, La dhororo wala dhiroro "Tidak boleh berbuat kemudharatan (dan kamu mendapat manfaat di dalamnya) dan tidak boleh berbuat kemudharatan (walau kamu tidak mendapat manfaat di dalamnya)." (HR Ahmad)
- Maksutnya Walladzi ( Dan orang – Orang Munafik ) adalah orang – orang munafik yang berjumlah 12 orang yaitu pelaksana proyek pembangunan masid Dhirar
- . Wa kufra untuk kekafiran karena mereka membangunnya atas perintah Abi Aamir arRaahib ( Sebagai Aktor Ideologi ) agar bisa dijadikan benteng baginya, dan tempat menerima orang-orang yang datang menghadapnya.
- Watafriqo Bainal Mukminin : dan untuk memecah belah antara orang- orang Mukmin yang shalat di Masjid Quba dengan shalat sebagian mereka di dalamnya atau orang-orang yang sedang berkumpul untuk shalat di Masjid Quba.
- Wairsoda : maksudnya menanti dan menunggu dengan rasa permusuhan
- liman kharoballaha wa rasulahu minqoblu : orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu yaitu sebelum pembangunannya, dia adalah Abu Amir arRaahib.
- In arodna : Kami tidak menghendaki dari pembangunannya
- ilal Husna : maksudnya adalah perbuatan baik atau keinginan baik berupa menyayangi orang-orang miskin pada saat hujan dan panas dan kelapangan bagi orangorang Islam
- Wallahu Yashadu: bahwa sesungguhnya Dia Maha Mengetahui kebusukan jiwa dan hati mereka serta kedustaan sumpah mereka.
- Innahum Lakadzibun : sesungguhnya mereka adalah pendusta dalam sumpah mereka, Mereka dusta dalam tujuannya dan mengelabui niat yang sebenarnya. Karena sesungguhnya mereka membangunnya hanyalah semata-mata untuk menyaingi Masjid Quba, hendak menimbulkan kemudaratan, serta karena terdorong oleh kekafiran mereka, dan untuk memecah belah persatuan di antara kaum mukmin; juga menunggu kedatangan orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu, yaitu Abu Amir, seorang fasik yang dijuluki 'si Rahib la'natullah'
[1] Abu amir adalah ayah dari Hanzhalah yaitu seorang sahabat nabi yang
syahid di medan uhud , salah satu
Anugrah yang Allah berikan kepada hanzhalah adalah dimandikan oleh para malaikat Ketika syahid
nya tersebut.
[2] Matinya terasing di Romawi
[3] Masjid dhirar di bangun di rumah Khidzam bin Khalid salah seorang munafik
[4] Dalam Tafsir Almunir Prof. Dr. Wahbah Azzuaili dikatakan
: Ketika Nabi saw. pulang dari Perang Tabuk mereka mendatangi beliau
dan mereka telah selesai membangun masjid tersebut, dan mereka telah
melaksanakan shalat di masjid tersebut pada hari jum'at, Sabtu, dan Ahad,
beliau pun meminta baju untuk dipakai dan segera mendatangi mereka, lantas
turunlah ayat Al-Qur'an kepada beliau memberitakan perihal Masjid Dhiraar.
[5] Nabi saw. memanggil Malik bin Dukhsyum, Ma'nun bin'Uday, Amir bin
Sakan dan Wahsyi sang pembunuh Hamzah, beliau berkata kepada mereka,
"Pergilah kalian ke masjid yang warganya zalim ini. Hancurkan dan bakar
masjid itu." Mereka segera dan cepat pergi, Malik bin Dukhsyum keluar dari
rumahnya dengan membawa obor api. Mereka bergegas dan membakar masjid itu serta
menghancurkannya. Orang yang membangun masjid itu berjumlah dua belas orang, (
Dalam Tafsir Almunir Prof. Dr. Wahbah Azzuaili
)
0 Komentar