-- --- ---
--- --- --- --- --- --- ---
A. Rasulullah Keluar dari Quba & Memasuki Madinah.
Pada hari jumat beliau melanjutkan perjalanan atas
perintah Allah swt beliau berkendaraan unta al-Qushwa, dengan diiringi
oleh para sahabat Muhajirin dan Anshar[1],
yang sebagian berjalan kaki dan sebagian lainnya berkendaraan. Ketika
perjalanan beliau sampai di Wadi Ranuna' dan ketika itu waktu shalat Jumat
telah tiba, beliau turun dari kendaraannya untuk mengerjakan shalat Jumat
bersama-sarna dengan orang-orang yang mengiringi beliau jumlah nya waktu itu
ada 100 Orang[2]
, di kampung Bani Amr bin Auf, Inilah shalat Jumat yang pertama kali dikerjakan
oleh Nabi saw.
Setelah shalat jumat itulah beliau
memasuki Madinah setiap melewati
perkampungan warga di kampung itu menyambut rasulullah dengan gembira mereka
berebut memegangi tali kekang unta rasulullah, dan menawari agar rasulullah
singgah di rumah-rumah mereka, menjawab keinginan mereka rasulullah bersabda :
Kholu sabilaha fainnama Makmurotun ,
Berilah jalan untuk unta ini sebab ia di perintah …
Maka unta rasulullah terus berjalan
sampai di tempat penjemuran kurma milik anak yatim yang bernama Sahal dan
Suhail[3]
lalu Rasulullah bersada “Inilah
tempat kediamanku , Jika Allah berkehendak”
'Ya AIIah, mudah-mudahan Engkau
menempatkan aku pada tempat kediaman yang diberkahi dan Engkaulah sebaik-baik
yang memberikan tempat kediaman." Nabi berdoa demikian sampai empat kali
sambil turun dari untanya kemudian bertanya, "Manakah rumah-rumah ahliku
yang lebih dekat?" Abu Ayub dengan segera menjawab, "Saya, ya Nabi
Allah. Ini rumahku dan ini pintuku." Lalu Nabi bersabda, "Pergilah
dengan segera, maka sediakanlah tempat buat aku." Sengan - segera, Abu
Ayyub masuk ke rumahnya dan menyediakan tempat beristirahat bagi Nabi, kemudian
ia datang lagi menghadap Nabi seraya berkata
'Ya Nabi Allah, sungguh saya telah
menyediakan tempat beristirahat bagi Tuan. Dengan berkah Allah, silakan Tuan
masuk ke dalam."
Rasulullah tinggal di rumah Abu ayub
sedangkan rombongan rasulullah yang lain tinggal di rumah As’ad bin zuroroh ,
selama tinggal di rumah Abu ayub rasulullah tinggal di lantai bawah sedangkan
Abu ayyub tinggal di lantai atas Bersama istrinya , pada suatu malam abu ayub
tiba – tiba sadar dan berkata “ kita telah tinggal di atas kepala rasulullah ,
makai a pun pindah di ruang samping yang masih di atas , keesokan harinya abu
ayub minta agar rasulullah pindah keatas , namun rasulullah menolak dengan
halus “ disini lebih nyaman bagiku “
Namun abu ayyub memaksa “ aku tidak akan
menempati lantai atas sementara engkau di bawah ku “ akhirnya rasulullah pindah
keatas sedangkan Abu ayyub pindah kebawah , Abbu ayub senantiasa menghidangkan
makanan kepada rasulullah , beliau saw
hanya makan seperlunya sisanya lalu di makan oleh abu ayub dan istri , Abu ayub
selalu memilih makanan bekas tangan rasulullah saw.[4]
Abu Ayyub Bertutur “ Suatu hari,
gentong air kami pecah. Aku dan Ummu Ayyub segera mengambil satu-satunya
selimut kami, lalu mengelap air yang tumpah. Kami khawatir, tumpahan air itu
menetes ke bawah sehingga mengusik ketenangan Rasulullah. Setelah itu, aku
turun ke bawah, memohon beliau supaya bersedia pindah ke atas. Aku terus
memohon sampai akhirnya beliau bersedia.” Abu Ayyub melanjutkan kisahnya, “Kami
biasa membuat makan malam untuk Rasulullah dan mengantarkannya kepada beliau.
Setiap kali ada sisa makanan beliau, aku dan Ummu Ayyub langsung berebut
makanan bekas sentuhan tangannya, berharap mendapatkan berkah darinya. Suatu
malam, seperti biasa, kami membuatkan makan malam untuknya. Waktu itu, kami
mencampurnya dengan bawang merah dan bawang putih. Setelah makanan
dikembalikan, aku dan Ummu Ayyub mencoba mencari bekas tangannya di makanan
itu, tetapi tidak ada. Disertai rasa cemas dan gelisah, aku menemui Rasulullah
dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya! Engkau
mengembalikan makan malammu, tetapi aku tidak melihat bekas tanganmu. Padahal,
setiap kali sisa makananmu dikembalikan, aku dan Ummu Ayyub selalu berebut
memakan sisa bekas tanganmu, berharap memperoleh berkah[5].’
Mendengar ujaranku, Rasulullah berkata, ‘Aku mendapati bau bawang pada makanan
itu, padahal aku orang yang senantiasa bermunajat kepada Allah. Namun, bagi
kalian, itu tidak mengapa. Kalian boleh menyantapnya.’ Kami kemudian menyantap
makanan yang dikembalikan Rasulullah itu. Setelah kejadian itu, kami tidak
pernah lagi mencampurkan bawang merah atau bawang putih pada makanan beliau.[6]
Rasulullah tinggal di rumah abu ayyub
selama satu bulan setiap malam beliau menerima tamu 3 – 4 orang tamu – tamu itu
membawa makanan untuk rasulullah , sedangkan Abu bakar r.a ada yang menyatakan
tinggal di Khubaib ibnu Sayyaf , kharijah ibnu zaid dan ada pula yang
menyatakan tinggak di rumah Habib.
B. Pembangunan Masjid Nabawi
Tanah milik 2 anak yatim sahal dan
Suhail yang kemudian menjadi masjid Nabawi namun jauh sebelum rasulullah datang tanah itu
pernah di bangun mushala oleh as’ad bin zuroroh , rasulullah hendak membeli
tanah itu dari sahal dan Suhail yang waktu itu
di dampingin sang paman namun keduanya berniat menghibahkan kepada
rasulullah saw untuk pembangunan masjid itu , namun rasulullah saw bersikeras
membeli tanah itu dengan harga 10 dinar.[7]
Di atas tanah itu tumbuh beberapa
pohon Gharqad dan kurma, juga ada beberapa kuburan orang musyrik. Kemudian,
atas perintah Rasulullah, kuburan-kuburan itu dibongkar, pohon-pohonnya
ditebang dan kayunya dipergunakan untuk membangun bagian kiblat masjid. Lalu,
masjid dibangun setelah tanah dibersihkan dan diratakan. Panjang masjid dari
mulai bagian depan (kiblat) hingga bagian belakangnya sekitar seratus hasta,
begitu juga lebar kedua sisinya. Dinding masjid dibangun memakai batubata.
Rasulullah terlibat langsung dalam pembangunan masjid ini bersama para sahabat.
Beliau, misalnya, ikut mengangkut batu. Waktu itu, kiblat masjid masih
menghadap ke arah Baitul Maqdis. Pilar-pilar masjid terbuat dari batang pohon
kurma, sementara atap terbuat dari pelepahnya.
Seorang sahabat bertanya, “Tidakkah
kita memberinya atap?” Rasulullah menjawab, “Berilah atap seperti atapnya gubuk
Musa yang terbuat dari ranting-ranting kecil dan anyaman pelepah. Masalahnya,
ini harus cepat rampung , Sementara, bagian lantai masjid dihampari pasir dan
kerikil kecil.
Dalam Pelaksanaan pembangunan masjid tersebut
rasulullah menempatkan orang sesuai dengan kemampuanya masing – masing , urusan
mengaduk / mengadon tanah di serahkan kepada al yamami , sebab ia paling ahli
di banding dengan yang lainya , Dalam riwayat lain, al-Yamâmi berkata: “Aku
mencampurkan tanah, lalu seakan campuranku ini menakjubkan beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan bersabda: ‘Biarkanlah al-Yamaami al-Hanafi dengan tanah,
karena dia paling ahli di antara kalian dalam urusan tanah’.
Ammar bin Yasir adalah orang yang paling semangat mengusung batu , sahabat yang lain mengusung satu batu beliau mengusung 2 batu , sehingga beliau mendapat support dari rasulullah bahwa nantinya dia mendapatkan 2 pahala.
Ammar bin Yasir adalah orang yang paling semangat mengusung batu , sahabat yang lain mengusung satu batu beliau mengusung 2 batu , sehingga beliau mendapat support dari rasulullah bahwa nantinya dia mendapatkan 2 pahala.
Dalam pengerjaan masjid itu memerlukan
waktu 12 hari setelah itu beliau membangun bilik untuk istrik beliau, bilik
yang di bangun itu untuk saudah binti zam’ah dan Aisyah , kedua bilik itu untuk
kediaman rasulullah setelah bilik itu jadi maka rasulullah pidah dari rumah abu
ayyub r.a, pembangunan bilik itu berlanjut setiap kali rasulullah menikah
dengan ummu mukminin.
[1] Terutama bani Najjar
yang menjemput dan mengawal nabi dengan baju kebesaran mereka dan
senjata-senjata mereka guna mengawal Rasulullah saw.
[3] Sahal dan suhail adalah anak Amr bin Amarah ,
ketika ayahnya meninggal mereka di asuh oleh Sa’ad bin Zuroroh
[4] Biografi Rasulullah :
sebuah study berdasarkan sumber otentik
DR.Mahdi Rizqullah Ahmad beliau menyatakan bahwa penyebab pindah nya rasulullah
yang lebih sahih adalah karena abu ayyub tidak mau berjalan di atas rasulullah
bukan karena permasalahan kendi air yang pecah.
[5] Pada kisah ini ada
isyarat untuk boleh mencari berkah dari sisa – sisa peninggalan Rasulullah saw
misalnya rambut , baju beiau , atau yang lainya jika itu masih ada sampai hari
ini , Imam Asy Syatibi rahimahullah yang wafat
tahun 790 H berkata, “Para sahabat radhiyallahu ‘anhum sepeninggal Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak didapati mengambil berkah tersebut ada pada mereka
dilakukan oleh orang-orang setelahnya. Padahal ada Abu Bakr Ash Shiddiq adalah
khalifah sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula
Umar, Utsman dan Ali, kemudian ada lagi sahabat lainnya yang memiliki
keutamaan, ternyata tidak didapatkan satu riwayat pun dari mereka dengan jalan
yang shahih dan ma’ruf yang menunjukkan bahwa mereka mengambil berkah dari
lainnya sebagaimana ngalap berkah pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
[7] Dalam Riwayat yang
lain di sebutkan bahwa rasulullah mengundang bani Najjar untuk membeli tanah
tersebut .
0 Komentar