Dalam Qs. An-Najam : 19-20 Allah berfirman :  

اَفَرَءَيْتُمُ اللّٰتَ وَالْعُزّٰى

وَمَنٰوةَ الثَّالِثَةَ الْاُخْرٰى

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah).

Inilah nama ke 3 berhala yang terkenal di Arab di samping 3 berhala itu masih banyak lagi berhala – berhala yang lain, masing – masing berhala di  sembah oleh suku – suku tertentu  .

No

Nama Berhala

Letak

Suku  

Cara Ibadat

1

Latta

Thaif

Tsaqif

  di agungkan & di puja - Puja

2

Uzza[1]

Nakhlah

Quroisy

Diagungkan & di Puja – Puja , pada berhala itu ada suara-suara.

3

Manna

Al-Musyallal

Khuza’ah , Aus & Khazraj

Menyembelih Hewan Qurban disini & Berihram sebelum Haji

 

 

 

 

 

 

 1.Latta

Nama Latta adalah bentuk Feminim dari Nama Allah[2]Al Lata atau Al-Lat menurut Philip K. Hitti berasal dari kata Ilahah, artinya tuhan perempuan. Dalam buku karya Hitti yang berjudul History of the Arabs. Herodotus, sejarawan Yunani menyebutnya sebagai Alilat yang juga berarti tuhan perempuan. Alilat merupakan salah satu tuhan bangsa Nabatea. 

Patung Allat yang di temukan di Thoif 


Sedang suku Nabatea berada di Jordania , jejak peninggalanya yang terkenal sampai saat ini adalah Petra.

Namun berbeda dengan apa yang di katakana oleh  Ibnu Katsir juga menjelaskan tentang Latta dalam Tafsir Ibnu Katsir (7/455) :

وَكَانَتِ اللَّاتُ صَخْرَةً بَيْضَاءَ مَنْقُوشَةً، وَعَلَيْهَا بَيْتٌ بِالطَّائِفِ لَهُ أَسْتَارٌ وسَدَنة، وَحَوْلَهُ فِنَاءٌ مُعَظَّمٌ عِنْدَ أَهْلِ الطَّائِفِ

“al latta adalah patung putih yang berukir. Ia ditempatkan dalam sebuah rumah di Tha’if yang memiliki kelambu-kelambu dan juru kunci. Sekelilingnya terdapat halaman. Latta di agungkan oleh penduduk Tha’if”

Kemudian Ibnu Katsir menjelaskan hakikat Latta dan membawakan hadits :

عن ابن عباس رضي الله عنهما ، في قوله : { اللات والعزى } كان اللات رجلا يلت سويق الحاج

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhuma, beliau menafsirkan makna ayat اللات والعزى bahwa Latta adalah seorang lelaki yang membuat adonan roti untuk para jama’ah haji” (HR. Bukhari no. 4859)

Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan berkata, Lātta dengan dobel huruf "t" sebagai isim fa’il (Lātta) berasal dari kata kerja latta-yaluttu. Dia (Lātta) adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya, dan menutupinya dengan tirai-tirai. Akhirnya mereka menyembahnya sebagai sekutu selain Allah.



 2. Uzza

Ibnu Jarir mengatakan, bahwa demikian pula Al-Uzza berakar dari kata Aziz, pada mulanya merupakan sebuah pohon yang dibuatkan bangunan di sekelilingnya dan juga diberi kain kelambu, terletak di kampung Nakhlah, yaitu sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Taif, dahulu orang-orang Quraisy mengagungkan bangunan tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abu Sufyan dalam Perang Uhud, "Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian (kaum muslim) tidak mempunyai Uzza." Maka Rasulullah Saw. bersabda, memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya:

"قُولُوا: اللَّهُ مَوْلَانَا، وَلَا مَوْلَى لَكُمْ"

Katakanlah, "Allah adalah Pelindung kami dan tiada pelindung bagi kalian!"

Rellief Uzza Yang di temukan di Petra Yordania 


Di dalam Uzza terdapat Jin wanita yang kemudian di bunuh oleh Khalid Bin Wallid[3]

Dalam Kelengkapan Tarikh Nabi saw Kh.Munawwar Khalil Mengatakan : 

..Patung berhala Yang Sakti, Yang dapat memberikan Bantuan Kepada Orang – Orang yang memohon kepada Tuhan melalui Perantaranya , Orang – Orang Memuja dan mendengar suara – suara dari dalam  nya.

Menurut Philips K.Hitti  Al Uzza diwujudkan dalam bentuk obeliks atau tiang batu berdampingan dengan obeliks untuk dewa utama Petra, yakni Dushara atau Dzu al-Syara. Kuil utama untuk Al Uzza terdapat di Temple of the Winged Lions. Sementara itu, Al Uzza menurut Hitti artinya yang paling agung, Venus, atau bintang pagi. Al Uzza merupakan permaisuri Uzzay-an, tuhan bangsa Arab Selatan.

3.Manna

Manah menurut Hitti berasal dari kata Maniyah yang artinya pembagian nasib. Nama dewa Manah diasosiasikan dengan Dzu al-Syara dalam beberapa tulisan Nabasia di al-Hijr.

Ibnu Katsir Mengatakan : Dahulu orang-orang Khuza'ah, Aus, dan Khazraj di masa Jahiliah mengagung-agungkannya dan bertalbiyah darinya saat hendak menunaikan haji (ziarah) ke Ka'bah. Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Aisyah r.a.

 

Disebut Juga Manah adalah Patung perempuan yang di sembah oleh suku Aus dan Khazraj[4] Manna berasal dari kata Al-Mannan yang bermakna maha pemberi[5]

 

Di masa Jahiliah di Jazirah Arabia banyak terdapat berhala-berhala selain dari yang telah disebutkan di atas, semuanya diagung-agungkan oleh orang-orang Arab setara dengan pengagungan mereka kepada Ka'bah. Hanya ketiga macam berhala inilah yang disebutkan secara nas di dalam Kitabullah karena ketiganya merupakan berhala yang paling terkenal melebihi yang lainnya.

 Kesimpulan.

Sayyid Qutb Mengatakan :  Orang – Orang menduga bahwa sesembahan – sesembahan itu simbolisasi dari malaikat yang di anggap berjenis wanita, oleh bangsa arab.

Membaca dari beberapa sumber  sekalipun tidak valid 100% apakah semua berhala itu  dianggap wanita (Dewi ) bukan dewa memang agak sulit di buktikan karena  bekas – bekas patung telah hancur.

Namun melihat kemiripan nama berhala di Arab dengan berhala di Petra Jordania ataupun yang ada di Al-Hijr (Mana) yang mana mereka adalah dewi – dewi bukan merupakan ha lasing.

Karena berhala Pertama yaitu Hubal juga di bawa oleh Amr bin Luhay al Khuzai dari Romawi ( Syam ) dan Jordan dahulu adalah juga bagian dari Romawi.

Boleh jadi berhala – berhala yang tiga itu ( Latta, Uzza dan Mana )  sudah modifikasi antara berhala Romawi yang kemudian di campur adukan dengan pemikiran – pemikiran sesat arab jahiliah.

Tentang Hubbal silahkan Lihat disini 

 

 

 

 



[1] Uzza di Buat Oleh seorang yang bernama Zhalim Bin As’ad ( Tafsir Al – Qurthubi )

[2] Fidhilalil Qur’an  , Sayyid Qutb

[3] أَخْبَرَنَا عَلِي بْنِ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَثَنَا بْن فُضَيْلٍ قَالَ حَدَثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ جميعٍ عَنْ أَبِي الطُفَيْلِ قَالَ : لمَاَّ فَتَحَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَّ مَكَّةَ بَعَثَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ إِلَى نخَلْةَ ٍوَكَانَتْ بِهَا الْعُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ وَكَانَتْ عَلَى ثَلَاثِ سَمُرَاتٍ فَقَطَعَ السَّمُرَاتِ وَهَدَمَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَ عَلَيْهَا ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ تَصْنَعْ شَيْئًا فَرَجَعَ خَالِدٌ فَلَمَّا أَبْصَرَتْ بِهِ السدنة وَهُمْ حجبتها أَمْعَنُوْا فِي الْجَبَلِ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ يَا عُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ فَإِذَا هِيَ امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ ناَشِرَةُ شَعْرِهَا تَحْتَفِنُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا فَعَمَمَهَا بِالسَّيْفِ حَتَّى قَتَلَهَا ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ تِلْكَ العُزَّى


Dari Abu Al-Thufail, beliau bercerita, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin al Walid ke daerah Nakhlah, tempat keberadaan berhala ‘Uzza. Akhirnya Khalid mendatangi ‘Uzza, dan ternyata ‘Uzza adalah tiga buah pohon Samurah. Khalid pun lantas menebang ketiga buah pohon tersebut. Ketiga buah pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah. Khalid pun menghancurkan bangunan rumah tersebut. Setelah itu Khalid menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, ‘Kembalilah karena engkau belum berbuat apa-apa.’ Akhirnya kembali. Tatkala para juru kunci ‘Uzza melihat kedatangan Khalid, mereka menatap ke arah gunung yang ada di dekat lokasi sambil berteriak, “Wahai ‘Uzza. Wahai ‘Uzza.” Khalid akhirnya mendatangi puncak gunung, ternyata ‘Uzza itu berbentuk perempuan telanjang yang mengurai rambutnya. Dia ketika itu sedang menuangkan debu ke atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Khalid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan ‘Uzza sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu Khalid kembali menemui Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, “Nah, itu baru ‘Uzza.” (HR. An-Nasa’I, Sunan Kubro no. 11547, jilid 6 hal. 474, terbitan Darul Kutub Ilmiyyah Beirut, cetakan pertama 1411 H.).



 

[4] Tafsir Al-Mukhtasar Dr.Shalih bin Abdullah bin Humaid

[5] An-Nafahat Al-Makkiyah Syaikh Muhammad bin shalih Asy - Syawi