Pada Tahun 8 Hijriah sesudah perjanjian Hudaibiyah Masuk islam pembesar - pembesar Makkah  , Amru Bin Ash , Khalid bin walid , Utsman Bin Talhah. Ketika mereka mendatangi Rasulullah beliau mengatakan  sungguh , makkah telah menyerahkan jantungnya kepada kita .

Masuk Islamnya Amr bin Ash

Sepulangnya dari Khandaq, Amr bin Ash beserta beberapa temannya, menemui Najasyi di Habasyah untuk meminta agar Najasyi berkenan menyerahkan delegasi Rasullah saw. kepadanya untuk dibunuhnya. Amr bin Ash menuturkan: Najasyi sangat marah, dan berkata, 'Apakah kamu memintaku untuk menyerahkan kepadamu delegasi dari seseorang yang telah didatangi oleh Namus Yang Teragung, yang dulu pernah datang kepada Musa, lalu akan kamu bunuh delegasi itu?!' 'Benarkah itu wahai paduka raja?' tanyaku kepadanya. 'Celaka kamu, hai Amr. Menurutlah kepadaku. Ikutilah dia! Karena demi Allah, sesungguhnya dia benar-benar ada pada kebenaran dan sesungguhnya dia akan mengalahkan siapa saja yang melawannya, sebagaimana Musa telah dapat mengalahkan Fir'aun dan balatentaranya'. 

'Apakah tuan mau membai'at aku agar setia kepadanya untuk masuk Islam?' tanyaku. 'Ya', jawab Najasyi, lalu dia rentangkan tangannya. Aku pun berbai'at kepadanya untuk masuk Islam. Sesudah itu, aku keluar menemui taman-temanku, sedangkan pikiranku telah berubah dari sebelumnya, tetapi aku tidak memberi tahu keislamanku kepada teman-temanku."

Masuk Islam nya Khalid Bin Walid 

Al-Waqidi meriwayatkan bahwa Khalid bin Walid menceritakan, "Tatkala Allah menghendaki kebaikan untukku, Dia masukkan Islam ke dalam hatiku dan datanglah kesadaranku. Aku berpikir dalam diriku bahwa aku ini makhluk hina yang tidak berarti apa-apa dan bahwa Muhammad lah yang akan menang. Ketika aku pergi ke Hudaibiyah, aku bertemu dengan beliau beserta para sahabatnya di Usfan. Aku lalu berdiri berhadapan dalam posisi menghadang kepadanya.

Waktu itu, dia melakukan shalat Zhuhur bersama sahabatnya di hadapan kami. Kami bermaksud menyerbu mereka, tapi tidak jadi. Agaknya itu lebih baik karena tampaknya Rasulullah saw. mengetahui maksud kami. Karena itu, pada waktu Ashar beliau melakukan shalat bersama sahabatnya dengan cara shalat khauf. Aku berpikir, 'orang ini ada pembelanya'.

Tatkala Rasulullah saw. mengadakan perjanjian damai dengan kaum Quraisy di Hudaibiyah, aku berkata dalam hati, 'Apa lagi yang akan terjadi? Kemanakah aku harus pergi? Apakah menemui Najasyi, ia telah menjadi pengikut Muhammad, atau akan pergi menemui Heraklius?

Akhirnya, pada suatu ketika tiba-tiba Rasulullah saw memasuki kota Mekah untuk melakukan 'Umratul Qadha'. Waktu itu, aku tidak menampakkan diriku dan tidak menyaksikan masuknya beliau. Saudaraku Walid bin Walid pernah berkirim surat kepadaku. Ternyata isinya, 'Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. Amma ba'du, sungguh, aku tak pernah melihat sesuatu yang lebih mengherankan selain ketololanmu terhadap Islam. Di mana otakmu? Otakmu?! Mengapa Islam yang seindah ini masih ada juga orang yang tidak mengenalnya? Padahal saya pernah ditanya Rasulullah saw. mengenaimu, beliau berkata, 'Di mana Khalid?  Saya jawab, 'Semoga Allah mendatangkannya'. Beliau bersabda pula, 'Orang seperti dia masih juga tidak mengenal Islam? Padahal, andaikan kehebatan dan ketangkasannya itu dia manfaatkan bersama kaum muslimin, tentu itu lebih baik baginya dan niscaya dia lebih kami utamakan dari pada orang lain'. Karena itu, cepatlah hai saudaraku, tebuslah peristiwa-peristiwa indah yang terlewat darimu'.

Setelah datangnya surat dari saudaraku itu, aku bersemangat untuk keluar dari Mekah dan semakin kuat keinginanku untuk masuk Islam. Aku pun senang bahwa Rasulullah saw. telah menanyakan tentang diriku. Aku bahkan bermimpi seolah-olah aku berada di suatu negeri yang sempit dan tandus, lalu keluar ke negeri lain yang tampak hijau dan luas. Aku berkata, 'Sungguh, ini mimpi benar'".

Jadi, pikir Khalid, Muhammad bukanlah seorang pemimpin atau panglima perang yang congkak, yang hendak menghinakan kebesaran dirinya, atau seorang pembalas dendam atas peperangan-peperangan besar yang telah lalu, atau seorang pengecam dan pencaci maki terhadap para penentangnya. Sesungguhnya, Muhammad adalah pemimpin umat menusia yang tiada taranya sepanjang sejarah kemanusiaan. Sesungguhnya, dia adalah seorang pemimpin dan utusan Allah SWT. Khalid membaca surat itu sekali lagi dan ia hampir tidak memercayai pikirannya sendiri saat terbaca olehnya, "Andaikan kehebatan dan ketangkasannya itu dia manfaatkan bersama kaum muslimin, tentu itu lebih baik baginya dan niscaya kami utamakan dia dari pada orang lain".
Para da'i yang menyeru manusia ke jalan Allah dewasa ini, kiranya sangat perlu memperhatikan kedua kasus tersebut, yaitu tentang masuk Islamnya Khalid bin Walid dan Amr bin Ash, karena makna-makna yang terkandung dalam kedua peristiwa tersebut sebenarnya lebih besar pengaruhnya dari pada sekadar peristiwa pribadi. Makna yang dimaksud ialah agar dilakukan da'wah yang tidak kenal lelah oleh para da'i, dengan melakukan kontak hati terhadap siapa saja, khususnya dengan pihak lawan dan para pemimpinnya, supaya hati mereka berubah cenderung kepada Islam. Hendaklah juga target mereka yang paling utama adalah membuat seluruh potensi dan kehebatan lawan itu menjadi pendukung dan pembela Islam sepenuhnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah saw., "Andaikan kehebatan dan ketangkasannya itu dia manfaatkan bersama kaum muslimin." 

Hendaklah pula para da'i itu berlapang dada untuk mengatakan kepada lawan, seperti yang dikatakan Rasulullah saw. kepada musuh Islam terbesar di waktu itu, Khalid bin Walid, ".dan niscaya kami utamakan dia dari pada orang lain".

Pertolongan Allah dan kemenangan yang hakiki ialah apabila para pemimpin musuh masuk Islam, bukan ketika Anda mampu mengalahkan mereka di medan perang. Pertolongan Allah serta kemenangan dalam arti inilah yang harus senantiasa menjadi target yang utama,
"Satu jiwa yang berhasil kamu hidupkan adalah lebih baik daripada kekuasaan yang tak bisa kamu hinggakan".

"Sesungguhnya, jika Allah menunjuki satu orang lantaran kamu, itu lebih baik bagimu dari pada memiliki unta yang bagus".

Sesungguhnyalah, Mekah telah menghadiakan kepada kubu Islam tiga orang jagoannya, yang masing-masing merupakan pemimpin besar di tengah sukunya. Khalid adalah pemimpin Bani Makhzum, Amr adalah pemimpin Bani Saham, dan Utsman adalah pemimpin Bani Abdiddar. Karenanya, benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. mengenai ketiga tokoh itu, "Sesungguhnya Mekah benar-benar telah melempar kepadamu buah-buah hatinya", karena ketiga orang itu memang merupakan tokoh-tokoh kesayangan dan para pemimpin besar seluruh penduduk Mekah, dan kini mereka telah bergabung ke pihak Nabi saw.
Benarlah kalau dikatakan bahwa gambaran di atas merupakan salah satu ciri khas nyata dari periode ini dalam perjalanan sejarah da'wah Islam.

Masuk Islamnya Utsman Bin Talhah 

         Utsman bin Thalhah bin Abu Thalhah al Adawi, pada masa jahiliahnya ia adalah penjaga Baitullah sekaligus pemegang kunci Ka'bah. Ia memeluk Islam setelah perjanjian Hudaibiyah atas ajakan Khalid bin Walid. Dalam perjalanan ke Madinah, mereka bertemu dengan Amr bin Ash yang juga memutuskan untuk berba'iat kepada Nabi SAW dalam keislaman.