{وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  

  Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.( Attaubah:100 )

Allah Swt. menceritakan tentang rida-Nya kepada orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin, Ansar, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka, untuk itu Dia menyediakan bagi mereka surga-surga yang penuh dengan kenikmatan dan kenikmatan yang kekal lagi abadi[1].

Mereka ada 3 Tingkatan yaitu :

1.   Mereka Yang berhijrah sebelum perjanjian Hudaibiyah

 

Mereka ini adalah orang yang awal masuk islam dan  berhijrah bersama Rasulullah saw sebelum perjanjian Hudaibiyah, adapun jika di klasifikasikan lagi mereka yang paling utama adalah Khulafau Rasyidin, kemudian 10 Sahabat yang di jamin masuk Syurga.

 

عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَشَرَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ فِي الْجَنَّةٍ أَنَا فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ فِي الْجَنَّةِ ثُمَّ سَكَتَ سَعِيدٌ فَقَالُوا مَنِ الْعَاشِرُ؟ فَقَالَ سَعِيدٌ أَنَا

Artinya: Diriwayatkan dari Sa’id bin Zain bin Amr bin Nufail, Rasulullah saw bersabda, “Ada sepuluh orang dari kaum Quraisy yang akan berada di surga. Aku di surga, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, az-Zubair di surga, Thalhah di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’d bin Abi Waqash di surga,” Sa’id pun berhenti sejenak, hingga para sahabat yang menyimak bertanya, “Siapa yang kesepuluhnya?” Sa’id pun menjawab, “Aku.” Lihat: Musnad al-Humaidi, [Damaskus: Darus-Saqa], 1996, juz I, halaman 197).

Dalam riwayat ini, yang disebutkan sembilan sahabat, sebab yang kesepuluhnya adalah Rasulullah saw sendiri. Sementara masyhur dalam riwayat lain, sahabat yang kesepuluhnya adalah Abu Ubaidah bin Jarrah. Demikian seperti yang disebutkan oleh Ahmad bin Hanbal. (Lihat: Ahmad bin Hanbal, Fadhail ash-Shahabah, juz I, halaman 114).

disebutkan Rasulullah saw adalah: (1) Abu Bakar ash-Shiddiq (2) Umar bin Khathab, (3) Usman bin Affan, (4) Ali bin Abi Thalib, (5) Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, (6) Abdurrahman bin Auf, (7) Sa’d bin Abi Waqash, (9) Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail, (10) Abu Ubaidah bin Jarrah.       

Selain di atas Assabiqunal Awwalun dari kalangan muhajir yaitu semua sahabat yang masuk islam di Fase Makkah yang jumlah mereka ada 40 – 50 Orang.

2.Assabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajir.

 Yaitu mereka – mereka yang berbaiat Aqobah Pertama yaitu berjumlah 12 Orang , dan Aqobah yang ke 2 berjumlah 72 orang ( 70 Laki – Laki + 2 Perempuan )

12 Orang tersebut ialah :

1. ' Abu Umamah Asa'd bin Zurarah - Banu Najar

2. Auf bin al-Harith bin Rifa'ah bin Afra' - Banu Najar

3. Rafi bin Malik bin al-Ijlan - Banu Zuraiq

4. Qutbah bin Amir bin Hadidah - Banu Salamah

5. Aqabah/Uthbah bin Amir bin Naabi - Banu Hiram bin Ka'b

6.Mu'âdz bin al-Hârits, Ibn 'Afrâ` dari Bani an-Najjar (suku khazraj)

7.  Dzakwân bin 'Abd al-Qîs dari Bani Zuraiq (suku Khazraj)

8. 'Ubâdah bin ash-Shâmit dari Bani Ghanam (suku Khazraj)

9. Yazîd bin Tsa'labah, sekutu Bani Ghanam (suku Khazraj)

10. al-'Abbâs bin 'Ubâdah bin Nadllah dari suku Bani Salim (suku Khazraj)

11. Abu al-Haytsam bin Ali Tayhân dari suku Bani 'Abd al-Asyhal (suku Aus)

12. 'Uwaim bin Sâ'idah dari Bani 'Amr bin 'Auf (suku Aus)

 

3.Para Tabi’in

Secara kebahasaan, tabiin merupakan bentuk jamak dari tabi' artinya yang mengikuti. Orang-orang atau orang-orang Islam yang pernah berjumpa dengan sahabat Nabi Muhammad SAW dan meninggal dalam  keadaan iman.

Menurut Al-Khatib al Baghdadi (sejarawan dari Baghdad yang hidup pada abad ke-4 hijriyah), seorang muslim dapat dikatakan sebagai tabiin jika pernah bersahabat Nabi SAW, jadi bukan sekedar pernah berjumpa saja. Para ulama ahli hadis membagi generasi tabiin ini dalam beberapa tingkatan (tabaqat) berdasarkan kualitas sahabat yang pernah dijumpainya.

Masa para tabi’in ini merentang dari pasca wafatnya Nabi, sampai sekitar 150 H. Pakar rijalul hadits atau biografi perawi membuat klasifikasi tentang tabi’in ini. Secara garis besar, pembagian tabiin ini dibagi menjadi generasi tabi’in tua (akbarut tabi’in) dan generasi tabi’in yang lebih muda (shigharut tabi’in) salah satunya berdasarkan kedekatan dengan masa Nabi.

Sosok tabi’in yang masyhur dari kalangan tua semisal Said bin Musayyib, Hasan Al Basri, dan Uwais al Qarni, yang di daerahnya masing-masing dinilai sebagai tabi’in paling istimewa.Kemudian dari golongan tabi’in muda yang lebih jauh dari masa Nabi, semisal Imam Abu Hanifah dan Imam Malik bin Anas.



[1] Ibnu Katsir